REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) pada April 2022 sebesar 108,46 poin atau anjlok 0,67 persen dibandingkan Maret 2022. Kepala BPS, Margo Yuwono, menjelaskan, penurunan NTP karena indeks harga yang diterima petani (lt) hanya naik 0,06 persen sementara indeks harga yang dibayar petani (ib) naik hingga 0,83 persen.
"Komoditas penyumbang yang membuat indeks harga yang dibayar petani lebih besar adalah minyak goreng, bensin, daging ayam ras, dan telur ayam ras," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (9/5/2022).
Lebih detail, subsektor yang mengalami penurunan yakni NTP pada Tanaman Pangan turun 1,9 persen menjadi 97,35 poin serta hortikultura yang anjlok 3,5 persen menjadi 101,33 poin.
Selain NTP, penurunan juga terjadi pada nilai tukar usaha petani. BPS mencatat, NTP pada April sebesar 108,64, turun 0,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Sama halnya seperti NTP, penurunan NTUP karena kenaikan indeks harga diterima petani hanya 0,06 persen atau lebih rendah dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang naik hingga 0,62 persen.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri menjelaskan, penurunan NTP dan NTUP dibeberapa sektor disebabkan peningkatan harga kebutuhan petani dan rumah tangga seperti minyak goreng dan bahan bakar, serta peningkatan biaya produksi pada beberapa komoditas.
Namun, ia mengatakan, penerimaan petani tetap baik karena permintaan tinggi untuk komoditas pangan dan pertanian terutama saat puasa dan hari raya lebaran 2022.
Kuntoro menyampaikan terimakasih atas kerja keras petani, peternak dan semua pihak dalam mendorong sektor pertanian yang jauh lebih kuat dan mandiri. Karena itu, Kuntoro mengajak masyarakat untuk menjaga momemtum ini agar pertanian dan kesejahteraan petani tetap tumbuh secara baik.
"Apalagi saat ini kita sedang menghadapi panen raya di seluruh daerah. Momemtum ini harus kita jaga bersama agar tidak terjadi penurunan harga hasil panen," ujarnya.