REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut ilmuwan pemerintah Australia, lebih dari 90 persen karang Great Barrier Reef telah memutih pada tahun 2022 ini. Ini adalah peristiwa besar keempat dalam ekosistem terumbu karang terbesar di dunia dalam tujuh tahun.
Pemanasan global menyebabkan pemutihan, tetapi ini adalah pertama kalinya terumbu karang memutih selama pola cuaca La Nina, yang dikaitkan dengan suhu Samudra Pasifik yang lebih dingin.
Dilansir dari laporan tahunan Otoritas Kelautan Great Barrier Reef, 91 persen wilayah yang disurvei terkena dampak. Dua pertiga karang di terumbu terkenal di lepas pantai timur Australia rusak akibat pemutihan pada tahun 2016, 2017 dan 2020.
Pemutihan karang sebagai akibat dari tekanan panas. Para ilmuwan mengharapkan sebagian besar karang pulih dari kejadian saat ini.
"Indikasi awal adalah bahwa kematian tidak akan terlalu tinggi," kata David Wachenfeld, kepala ilmuwan otoritas tersebut, dilansir dari PBS.
“Kami berharap bahwa kami akan melihat sebagian besar karang yang memutih pulih dan kami akan berakhir dengan peristiwa seperti tahun 2020 ketika ada pemutihan massal, tetapi angka kematiannya rendah,” tambah Wachenfeld.
Menurut Wachenfeld, peristiwa pemutihan pada 2016 dan 2017 mengakibatkan "tingkat kematian karang yang sangat besar."
Menurut Simon Bradshaw, seorang peneliti di Climate Council, temuan menunjukkan bahwa keberadaan terumbu tergantung pada pengurangan emisi di seluruh dunia secara substansial dalam dekade ini.
“Ini menunjukkan bahwa Barrier Reef kita benar-benar dalam masalah yang sangat serius,” kata dia.
Desember terpanas yang pernah dialami terumbu karang sejak tahun 1900 terjadi pada Desember 2021 lalu. Saat itu merupakan bulan pertama musim panas Belahan Bumi Selatan. Menurut laporan itu, "gelombang panas laut" telah terjadi pada akhir Februari.
Pada bulan Maret 2022, misi PBB mengunjungi terumbu karang untuk menentukan apakah status Warisan Dunia terumbu karang harus diturunkan karena efek perubahan iklim.
Juli lalu, Australia menerima dukungan internasional yang cukup untuk mencegah UNESCO, organisasi budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa menurunkan status Warisan Dunia terumbu karang menjadi "dalam bahaya" karena kerusakan akibat perubahan iklim.
Great Barrier Reef menyumbang sekitar 10 persen ekosistem terumbu karang dunia. Karang terdiri dari organisme kecil yang disebut polip yang diberi makan oleh ganggang mikroskopis yang ditemukan di dalam terumbu dan sensitif terhadap fluktuasi suhu. Alga memberikan warna pelangi pada terumbu dan menghasilkan gula melalui fotosintesis, yang memberikan sebagian besar nutrisi bagi karang.
Senyawa yang dihasilkan ganggang menjadi racun ketika suhu laut naik. Saat karang secara efisien memuntahkan ganggang berbahaya, warnanya menjadi putih. Stres panas yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dapat menyebabkan karang mati kelaparan.