Rabu 18 May 2022 06:49 WIB

Kehabisan Bakar Bakar, Sri Lanka Butuh Rp 1 Triliun untuk Impor

Sri Lanka hanya memiliki stok bensin untuk satu hari.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang menunggu untuk membeli bensin di sebuah pompa bensin di tengah kekurangan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 17 Mei 2022.
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Orang-orang menunggu untuk membeli bensin di sebuah pompa bensin di tengah kekurangan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 17 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Perdana Menteri baru Sri Lanka mengatakan negaranya kehabisan bahan bakar bensin dalam menghadapi krisis ekonomi terburuk lebih dari 70 tahun. Ranil Wickremesinghe mengatakan, Sri Lanka sangat membutuhkan dana senilai 75 juta dolar AS atau lebih dari Rp 1 triliun valuta asing untuk membayar impor penting.

"Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kami," kata Wickremesinghe, dikutip laman BBC, Selasa (17/5/2022).

Baca Juga

"Namun demikian pengiriman bensin dan solar menggunakan jalur kredit (utang) dengan India dapat menyediakan pasokan bahan bakar dalam beberapa hari ke depan," ujarnya menambahkan.

Perekonomian negara kepulauan telah terpukul keras oleh pandemi, kenaikan harga energi, dan pemotongan pajak populis. Kekurangan kronis mata uang asing dan inflasi yang melonjak telah menyebabkan kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang parah.

photo
Orang-orang menunggu untuk membeli bensin di sebuah pompa bensin di tengah kekurangan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 17 Mei 2022. - (EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE)

Di ibu kota Kolombo, becak, alat transportasi paling populer di kota, dan kendaraan lain mengantre di pom bensin. Dalam menghadapi krisis ini Wickremesinghe mendesak bank sentral negara harus mencetak uang untuk membantu memenuhi tagihan upah pemerintah dan komitmen lainnya. 

"Di luar keinginan saya sendiri, saya terpaksa mengizinkan pencetakan uang untuk membayar pegawai negeri dan membayar barang dan jasa penting. Namun, kita harus ingat bahwa mencetak uang menyebabkan depresiasi rupee," katanya.

PM yang baru diangkat pekan lalu itu juga mengusulkan penjualan Sri Lanka Airlines sebagai bagian dari upaya menstabilkan keuangan negara. Maskapai kehilangan 45 miliar rupee Sri Lanka (129,5 juta dolar AS) pada tahun yang berakhir Maret 2021.

Dalam beberapa pekan terakhir, telah terjadi protes besar, yang kerap disertai kekerasan, terhadap Presiden Gotabaya Rajapaksa dan keluarganya. Pekan lalu, kakak laki-laki presiden Mahinda mengundurkan diri sebagai perdana menteri setelah pendukung pemerintah bentrok dengan pengunjuk rasa. Sembilan orang tewas dan lebih dari 300 terluka dalam kekerasan tersebut.

Pada Jumat pekan lalu Wickremesinghe mengatakan kepada BBC, bahwa krisis ekonomi akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. Dalam wawancara pertamanya sejak menjabat, dia juga berjanji untuk memastikan keluarga akan mendapatkan tiga kali makan sehari. Ia meminta dunia untuk lebih banyak bantuan keuangan. 

"Tidak akan ada krisis kelaparan, kita akan menemukan makanan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement