Kamis 19 May 2022 23:31 WIB

Ketua BKMT Tawarkan Cara Keluarga Lindungi Anak dari Pengaruh LGBT

Keluarga mempunyai peran vital lindungi anak dari pengaruh LGBT

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi kampanye LGBT. Keluarga mempunyai peran vital lindungi anak dari pengaruh LGBT
Foto: EPA
Ilustrasi kampanye LGBT. Keluarga mempunyai peran vital lindungi anak dari pengaruh LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Syifa Fauzia menyampaikan cara sebuah keluarga melindungi anak-anaknya dari gerakan LGBT. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menciptakan komunikasi yang baik antara suami, istri, dan anak-anak. 

Syifa mengatakan, sangat setuju dengan yang disampaikan Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (KPRK MUI) bahwa peran keluarga dalam hal ini ayah dan ibu sangat vital untuk mewaspadai gerakan LGBT. Bagaimanapun peran keluarga pasti sangat penting bagi anak-anak. 

Baca Juga

Dia mengatakan, namun, ayah dan ibu tidak bisa 24 jam secara terus menerus membatasi anak-anaknya dengan segala informasi yang mereka dapat dari gadget, TV, media sosial dan lain sebagainya. 

"Tentu kita tidak bisa juga mengurung anak kita karena pasti mereka akan berada di sekolah, mungkin juga di les tambahan, dalam lingkungan pergaulan dan lain sebagainya," kata Syifa kepada Republika.co.id, Kamis (19/5/2022). 

Menurutnya, yang paling baik untuk dilakukan orang tua terutama di keluarga Indonesia terlebih keluarga Muslim adalah komunikasi yang baik dengan anak-anak. Sebagai orang tua harus bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya dan memberikan masukan yang baik untuk anak-anaknya. 

Dia mengatakan, orang tua harus bisa menjawab pertanyan-pertanyaan yang diajukan anak-anak. Karena yang terbaik adalah anak-anak bertanya kepada orang tuanya, bukan kepada orang lain terlebih ke teman-temannya yang juga masih memerlukan masukan baik dari orang-orang dewasa. 

"Jadi saya rasa komunikasi itu harus terbentuk, harus terjalin dengan baik di antara keluarga, suami dan istri, ibu dan anak, ayah dan anak, ini saya rasa harus bisa menjalin komunikasi yang baik sehingga anak-anak akan nyaman berbicara dengan kita," ujar Syifa. 

Dengan komunikasi yang baik antara anggota keluarga, Syifa mengatakan, misalkan ada gempuran dan tantangan dari hal-hal tidak normal yang anak-anak temukan atau lihat, maka anak-anak akan menyampaikannya ke orang tuanya. Sehingga orang tua tahu apa yang ditemukan anak-anak dan apa yang ingin mereka ketahui. 

Untuk itu, dia menegaskan, orang tua harus bisa menciptakan kedekatan yang alami kepada anak-anak. Sehingga anak-anak nyaman untuk memberitahukan apapun kepada orang tuanya. Jadi anak-anak bisa berbagi, berdiskusi, dan curhat dengan nyaman bersama orang tua. 

"Kalau kita (orang tua) sudah punya jarak kepada anak-anak atau kita lebih sering untuk komunikasi satu arah, artinya orang tua hanya melarang-melarang tapi kta tidak memberitahu kenapa sesuatu itu dilarang, saya rasa pasti itu akan susah," jelas Syifa. 

Jika komunikasi antara anggota keluarga tidak baik, Syifa mengatakan, anak-anak pasti akan merasa takut untuk curhat kepada orang tuanya. Karena takut dimarahi jika mereka merasa melakukan kesalahan, padahal mereka belum tahu itu baik atau buruk. 

"Jadi saya rasa orang tua harus membangun komunikasi yang terbuka sehingga anak-anak bisa diskusi dan curhat cerita hal-hal yang mereka temui kalau mereka tidak bersama kita," ujarnya.       

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement