REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) pada Ahad (22/5/2022) melaporkan sekitar 186 ribu kasus demam baru yang diduga Covid-19. Satu kematian diduga terkait Covid-19 juga dilaporkan negara tersebut dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
Korean Central News Agency (KCNA) mengutip data markas besar pencegahan epidemi darurat negara mengatakan, lebih dari 186 ribu orang menunjukkan gejala demam. Sementara satu kematian tambahan dilaporkan. Kasus dan kematian itu dilaporkan selama periode 24 jam hingga Sabtu (21/5/2022) pukul 18.00 waktu setempat.
"Ini meningkatkan jumlah kematian menjadi 67, dengan tingkat kematian mencapai 0,003 persen," lapor KCNA seperti dikutip laman Yonhap, Ahad.
Beban kasus demam yang dilaporkan sejak akhir April di negara berpenduduk 24 juta itu telah mencapai lebih dari 2,64 juta pada pukul 18.00, Sabtu (21/5/2022). Menurut KCNA lebih dari 2,06 juta di antaranya telah pulih dan setidaknya 579.390 dirawat.
Korut terus mengeklaim pencapaian dalam perjuangan melawan virus di tengah pandangan dunia luar bahwa negara itu mungkin tidak melaporkan jumlah pasien yang menunjukkan gejala dan kematian terkait. Banyak pengamat Korut telah menyuarakan keprihatinan tentang sistem perawatan kesehatan negara miskin itu, termasuk kemampuan pengujian virus coronanya, dan tanda tanya atas kredibilitas statistik virus corona.
"Situasi penyebaran epidemi di DPRK saat ini menunjukkan tren positif dari pertumbuhan yang cepat di awal menjadi penurunan setelah dikendalikan dan dikelola secara stabil," lapor KCNA dalam artikel berbahasa Inggris. DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Keberhasilan itu dikatakan KCNA menyoroti pengabdian patrioti dari personel militer yang dikirim ke apotek di Pyongyang untuk mengarahkan kampanye pencegahan epidemi. Inisiatif nasional secara total juga melibatkan pekerja profesional, guru dan mahasiswa kedokteran yang telah terlibat dalam pemeriksaan kesehatan, perawatan dan layanan informasi higienis.
"Dari 17 hingga 19 Mei saja, lebih dari 70 jenis obat dalam jumlah besar dipasok ke lebih dari 4.900 kantor manajemen obat, organ kuratif dan preventif, dan setidaknya 4.300 apotek dan obat-obatan berdiri di seluruh negeri," kata KCNA.
Sementara itu, seorang pejabat senior AS menilai bahwa pembatasan COVID-19 di Korut mungkin menjadi faktor yang mempengaruhi kurangnya tanggapan negara tertutup itu terhadap tawaran dialog dari Washington. Selama konferensi pers bersama pasca-KTT berapa Presiden Korsel Yoon Suk-yeol, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menawarkan vaksin untuk Korut.
"Kami telah menawarkan vaksin, tidak hanya ke Korut tetapi juga ke Cina, dan kami siap untuk segera melakukannya," kata Biden. Pemerintahan Biden telah menyatakan kesediaannya untuk berbicara dengan Pyongyang di mana saja, kapan saja tanpa prasyarat, dan menekankan bahwa pihaknya tidak memiliki niat bermusuhan terhadap rezim tersebut.