REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Ratusan tim pendamping keluarga diturunkan guna mempercepat penurunan stunting di Kota Cirebon. Melalui tim pendamping yang langsung ke setiap keluarga, diharapkan data valid dan intervensi program percepatan penurunan stunting bisa dilakukan.
Sebanyak 257 tim pendamping keluarga itu akan turun langsung ke setiap rukun warga (RW) di Kota Cirebon. Satu tim terdiri dari bidan, kader PKK dan kader keluarga berencana langsung mendata sekaligus memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada keluarga yang didatangi.
Melalui kegiatan tersebut, maka data yang didapatkan benar-benar valid. Sehingga memudahkan Pemda Kota Cirebon untuk melakukan intervensi program percepatan penurunan stunting.
‘’Karena mereka akan turun langsung ke setiap keluarga yang ada di Kota Cirebon,” tutur Agus.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Agus Mulyadi, saat menghadiri dan memberikan arahan pada orientasi tim pendamping keluarga secara klasikal/tatap muka, di salah satu hotel di Kota Cirebon, Selasa (31/5/2022).
Pemda Kota Cirebon akan memberikan dukungan terhadap tim pendamping keluarga, termasuk dukungan anggaran. Sehingga target penurunan stunting menjadi 14 persen bisa tercapai pada 2024 mendatang.
Selama ini, jika merujuk pada data hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021, Kota Cirebon termasuk ke kota dengan angka stunting tinggi, yaitu 30,6 persen. Sedangkan berdasarkan hasil Laporan Pengukuran dan Pendataan di Posyandu, menunjukkan angka stunting di Kota Cirebon sebesar 13 persen.
‘’Tapi kita tidak berdebat di angka,’’ tukas Agus.
Agus menyatakan, tim percepatan pencegahan stunting (TPPS) dibentuk dan digencarkan dalam program penurunan stunting dengan melibatkan banyak pihak di Kota Cirebon. Dengan pelibatan banyak pihak, upaya pencegahan stunting diharapkan bisa lebih maksimal.
Stunting merupakan kondisi kegagalan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyebabnya dialami karena kegagalan nutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Stunting pada umumnya ditandai perawakan anak yang tampak lebih pendek dari rata-rata anak seusianya. Untuk mencegah stunting, seribu hari pertama kehidupan menjadi periode emas yang harus mendapatkan perhatian.
Itu berarti, keterlibatan semua pihak, bahkan sejak pasangan akan menikah, juga diperlukan. ‘’Dengan membangun kolaborasi, percepatan penurunan stunting bisa dilakukan,’’ tandas Agus.