REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)mengadakan diskusi kebangsaan. Kegiatan ini dalam rangka untuk membaca dan menjawab tantangan Indonesia pada masa kini dan yang akan datang.
Wakil Rektor II UMM, Nazaruddin Malik mengatakan, kini Indonesia sedang mengalami beragam problematika yang cukup pelik dan kompleks. Tidak hanya berkutat pada ekonomi tetapi di aspek pendidikan, sosial, kesehatan dan lainnya. "Apalagi semakin memudarnya nilai-nilai luhur bangsa di era industri 4.0," jelasnya
Menurutnya, salah satu kekurangan utama di era ini adalah hilangnya kepedulian akan nilai. Kemudian juga mentalitas yang kurang memadai serta sisi humanitas yang semakin menipis. Selain memberikan hal positif, revolusi industri nyatanya tidak hanya memberikan kemajuan yang pesat. Kondisi tersebut juga menimbulkan ketimpangan yang signifikan. “Hal itu bisa kita lihat dari income per kapita yang semakin menurun dan pembangunan yang rasanya belum begitu merata,” jelasnya dalam keteranganya Kamis (2/6/2022).
Untuk permasalahan-permasalahan pokok itu, maka perlu adanya langkah konkret. Pertama, dengan membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan mampu bersaing. Hal ini perlu dibarengi dengan penanaman nilai-nilai serta ruh agama.
Tataran tertinggi cita-cita pembangunan SDM adalah //straight character building//. Kemudian juga harus selaras dengan cita-cita Muhammadiyah sebagai organisasi yang mencerahkan. Menurut Nazar, upaya mencetak SDM unggul bisa dilakukan melalui pendidikan karakter.
Menurut Nazar, pendidikan karakter menjadi sangat krusial. Hal inilah yang menjadi salah satu tugas besar Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan peradaban yang berkemajuan. "Baik itu di era sekarang maupun nanti,” ucap Nazar.
Wakil Rektor III UMM, Nur Subeki mengatakan bahwa untuk mewujudkan peran-peran kebangsaan Muhammadiyah, perlu pembiasaan untuk terus berkolaborasi. Maka, Muhammadiyah diharapkan mampu memproduksi kader-kader yang bisa membaca perubahan zaman. Hal ini merupakan pekerjaan jangka panjang sehingga harus ada kolaborasi dari banyak pihak.
Sementara itu, Dosen UMM Pradana Boy menilai, Muhammadiyah mengemban tugas berat. Salah satunya untuk mengarahkan moderasi berpikir elit penguasa dan masyarakat akar rumput. Oleh karena itu, perlu berpikir secara agamis dengan balutan kemanusiaan. "Tentu, pemikiran moderat ini penting untuk menjaga keutuhan sosial-masyarakat,” katanya.