Jumat 03 Jun 2022 00:15 WIB

Interpol Khawatir Pengiriman Senjata ke Ukraina akan Berakhir di Pasar Gelap

Interpol khawatirk pencurian senjata dan persenjataan oleh penjahat di pasar gelap

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Prajurit Ukraina mempelajari sistem senjata yang diluncurkan dari bahu Swedia Carl Gustaf M4 selama sesi pelatihan di dekat Kharkiv, Ukraina, 7 April 2022. Militer Rusia pada Sabtu (21/5/2022) mengeklaim telah menghancurkan pasokan utama senjata Barat di wilayah Zhytomyr, sebelah barat Kiev, Ukraina.
Foto: AP Photo/Andrew Marienko
Prajurit Ukraina mempelajari sistem senjata yang diluncurkan dari bahu Swedia Carl Gustaf M4 selama sesi pelatihan di dekat Kharkiv, Ukraina, 7 April 2022. Militer Rusia pada Sabtu (21/5/2022) mengeklaim telah menghancurkan pasokan utama senjata Barat di wilayah Zhytomyr, sebelah barat Kiev, Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Interpol pada Rabu (1/6/2022) menyatakan keprihatinan serius terkait pengiriman senjata kecil dan berat ke Ukraina, yang dapat berakhir di tangan penjahat di Eropa. Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock mendesak negara-negara yang memasok peralatan militer ke Kiev untuk fokus pada mekanisme pelacakan.

“Ketersediaan senjata yang luas selama konflik saat ini akan menyebabkan proliferasi senjata terlarang di fase pasca konflik,” ujar Stock, dilansir Anadolu Agency, Selasa (2/6/2022).

Stock mengkhawatirkan pencurian senjata dan persenjataan oleh penjahat di pasar gelap Uni Eropa, karena harga senjata di wilayah tersebut lebih tinggi.  Beberapa negara Eropa, termasuk Prancis dan Jerman, bersama dengan AS, telah mengirimkan peralatan pertahanan kelas atas, amunisi artileri, dan senjata untuk membantu Ukraina mempertahankan wilayahnya dan melawan pasukan Rusia.

Kekhawatiran itu muncul setelah angkatan bersenjata AS keluar dari Afghanistan pada 2021 setelah dua dekade perang. Pasukan AS meninggalkan sejumlah besar peralatan militer yang akhirnya jatuh ke tangan Taliban. Stock mengatakan senjata militer berat akan tersedia di pasar kriminal.

Jerman akan memasok rudal anti-pesawat modern dan sistem radar ke Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu (1/6) mengatakan kepada anggota parlemen bahwa, pemerintah telah memutuskan untuk memasok rudal IRIS-T SLM, yang dikembangkan oleh Jerman bersama dengan negara-negara NATO lainnya, ke Ukraina.

Scholz mengatakan, Jerman juga akan memasok Ukraina dengan sistem radar untuk membantu menemukan artileri musuh. Pengumuman itu muncul di tengah klaim bahwa Jerman lambat menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri melawan Rusia.

Ukraina terlibat dalam pertempuran sengit dengan Rusia di wilayah Donbas. Setelah gagal menduduki Kiev, pasukan Rusia mengalihkan fokus ke Donbas dan bertekad untuk merebut bagian-bagian wilayah yang belum dikuasai oleh separatis pro-Moskow.

Pasukan Rusia telah merebut setengah dari kota-kota utama di Ukraina timur. Gubernur Luhansk, Serhiy Haidai, mengatakan, sebagian besar Kota Sievierodonetsk berada di bawah kendali Rusia. Analis militer mengatakan pertempuran di Donbas berpacu dengan waktu. Sementara Kremlin mengharapkan kemenangan sebelum Barat mengerahkan lebih banyak bantuan senjata untuk memperkuat pertahanan Ukraina.

Presiden Joe Biden mengatakan, Amerika Serikat akan memasok sistem roket ke Ukraina.  Dalam sebuah esai yang diterbitkan di The New York Times, Biden mengatakan sistem roket akan memungkinkan Ukraina untuk lebih tepat menyerang target utama.

Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, Washington akan mengirim sejumlah kecil sistem roket jarak menengah berteknologi tinggi ke Kiev. Roket dapat digunakan untuk mencegat artileri Rusia terutama kota-kota yang terjadi pertempuran sengit, seperti Sievierodonetsk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement