Jumat 03 Jun 2022 18:05 WIB

Kode dari Prabowo dan Kalkulasi Jadi Capres atau 'King Maker'

Prabowo dinilai lebih baik menjadi 'king maker' daripada kalah lagi di pilpres.

Ketua Umum Partai Gerindra - Prabowo Subianto. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum Partai Gerindra - Prabowo Subianto. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Amri Amrullah, Nawir Arsyad Akbar

Seusai bersilaturahim ke kantor DPP Nasdem pada Rabu (1/6/2022), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan sinyal bahwa dirinya belum pasti menjadi calon presiden (capres) untuk Pilpres 2024. Ditanya wartawan soal peluang mencalonkan diri lagi di Pilpres 2024, Prabowo menjawab, "Ya tidak harus Prabowo, siapa saja."

Baca Juga

Menurut Prabowo, selain seorang warga negara Indonesia (WNI) yang sehat jasmani dan rohani, sosok capres haruslah yang berkomitmen dan setia kepada Indonesia.

"Sosok yang sungguh-sungguh komit dan setia kepada Pancasila, UUD 1945 seutuhnya, tidak sebagai mantra, tapi seutuhnya. Saya kira itu kriteria yang paling penting," ujar Prabowo.

Pernyataan Prabowo ini kemudian memicu spekulasi pengamat bahwa Prabowo mulai bersikap realistis menghadapi Pilpres 2024. Meski elektabilitasnya saat ini terbilang tinggi, hal itu belum menjadi jaminan dirinya akan bisa memenangi pilpres.

"Mengaca pada pilpres-pilpres sebelumnya, bisa jadi tidak bisa keluar sebagai pemenang dalam kompetisi pilpres nanti. Dia bisa kalah lagi," ujar peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli saat dihubungi, Jumat (3/6/2022).

Menurut Romli, akan bijak bila Prabowo tidak maju lagi dan mengusung calon lain. Ini penting untuk Prabowo dan Gerindra dalam rangka sirkulasi dan/atau regenerasi pemimpin bangsa.

Diketahui, Prabowo telah maju sebanyak tiga kali dalam pemilihan presiden (Pilpres). Pertama, saat menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri pada 2009, lalu sebagai calon presiden (capres) pada 2014 dan 2019.

Di samping itu, Partai Gerindra dinilai memiliki kader potensial lain yang dapat maju dalam Pilpres 2024. Prabowo dapat menjadi 'king maker' dan menghadirkan efek ekor jas atau coattail effect bagi partainya dan koalisinya nanti.

"Dengan dia memberikan kesempatan kader atau calon lain, tentu ini akan memberikan citra yang baik bagi Prabowo dan partainya, Gerindra. Seperti diketahui ada banyak kandidat yang mumpuni untuk dipilih oleh Prabowo sebagai capres Gerindra," ujar Romli.

 

Prediksi Prabowo kemungkinan kalah lagi jika maju pilpres juga datang dari pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani. Menurutnya, bila pertarungan antara Ganjar dan Prabowo terjadi di Pilpres 2024, maka pemilih loyal Jokowi akan cenderung memilih Ganjar.

“Walaupun Ganjar belum dikenal luas. Tapi basis Ganjar ini sama dengan Jokowi. Keduanya kuat di Jawa Tengah. Ganjar sekarang Gubernur Jawa Tengah,” jelasnya dalam program Bedah Politik bertajuk “Capres Mana Menarik Pemilih Jokowi?”, Jumat, (3/6/2022).

Lalu, mengapa Prabowo yang merupakan lawan Jokowi di Pilpres lalu mendapatkan limpahan suara lebih banyak daripada Anies, Saiful menjelaskan ini terkait dengan hubungan kedua tokoh dengan Jokowi.

“Meskipun tadinya lawan di Pilpres, Prabowo belakangan bergabung di kabinet dengan Pak Jokowi. Sementara Anies tadinya di kubu Pak Jokowi, sempat diberhentikan oleh Jokowi dari posisi Menteri. Kemudian Anies belakangan membelot. Maju jadi gubernur dan didukung partai-partai yang bukan pendukung Jokowi.”

“Jadi publik menilai hubungan Jokowi dengan Anies tidak baik,” tuturnya.

Saiful melanjutkan, kondisi akan berbeda jika Ganjar tidak ikut pilpres. Dengan data preferensi pemilih selama setahun terakhir ini, Saiful menduga suara pemilih Jokowi akan cenderung ke Prabowo daripada ke Anies Baswedan.

"Itu bisa dilihat dari tren 4 bulan terakhir. Dari Desember 2021 ke Maret 2022. Prabowo mengalami kenaikan, dari 22,4 persen menjadi 26,3 persen. Sementara Anies cenderung statis,” jelas Saiful.

Saiful menambahkan, sampai saat ini belum muncul nama lain di bursa calon presiden 2024. “Itu kenapa kita pilih tiga nama ini, karena tiga ini yang paling kompetitif. Sementara yang lain masih nol koma,” tutupnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement