Selasa 07 Jun 2022 21:33 WIB

Kalau Rusia Tolak Cabut Blokade, Ukraina Cuma Bisa Ekspor 2 Juta Ton Gandum Per Bulan

Sebelum diinvasi Rusia, Ukraina bisa impor hingga 6 juta ton gandum.

Gandum (Ilustrasi). Dunia akan tetap kekurangan gandum untuk beberapa waktu meskipun blokade pelabuhan dicabut oleh Rusia. Ukraina butuh sekitar enam bulan untuk membersihkan ranjau di perairan di sekitar pelabuhan Laut Hitam.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Gandum (Ilustrasi). Dunia akan tetap kekurangan gandum untuk beberapa waktu meskipun blokade pelabuhan dicabut oleh Rusia. Ukraina butuh sekitar enam bulan untuk membersihkan ranjau di perairan di sekitar pelabuhan Laut Hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ukraina terancam hanya bisa mengekspor maksimum dua juta ton gandum per bulan jika Rusia menolak untuk mencabut blokade di pelabuhan Laut Hitam negara itu. Kiev saat ini tengah mencoba mengekspor simpanan gandum yang besar melalui jalan darat, sungai, dan kereta api untuk membantu mencegah krisis pangan global, tetapi kapasitas di rute-rute tersebut menjadi kendala.

"Saya pikir kami telah mencapai batasnya. Jumlah terbesar yang dapat kami ekspor adalah sekitar dua juta ton per bulan," kata Wakil Menteri Pertama Kebijakan Agraria dan Pangan Ukraina Taras Vysotskyim, yang berbicara melalui tautan video kepada peserta konferensi International Grains Council (IGC) di London, Inggris, Selasa (7/6/2022).

Baca Juga

Sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, Kiev mampu mengekspor hingga enam juta ton gandum per bulan. Namun, sejak pengiriman gandum dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina berhenti, lebih dari 20 juta ton gandum terjebak di silo negara itu.

Vysotskyi mengatakan, bahkan jika blokade pelabuhan dicabut oleh Rusia, Ukraina akan membutuhkan sekitar enam bulan untuk membersihkan ranjau di perairan di sekitar pelabuhan Laut Hitam. Itu berarti dunia akan tetap kekurangan gandum untuk beberapa waktu.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement