Rabu 08 Jun 2022 09:54 WIB

China Bantah Bangun Pangkalan Angkatan Laut di Kamboja

Beijing menekankan bahwa Kamboja adalah mitra strategisnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Kapal perang Kamboja berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut Ream di Sihanoukville, barat daya Phnom Penh, Kamboja pada 26 Juli 2019. Pemerintah China membantah kabar yang menyebutnya diam-diam membangun pangkalan angkatan laut Ream di Kamboja untuk penggunaan eksklusif militernya.
Foto: AP Photo/Heng Sinith
Kapal perang Kamboja berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut Ream di Sihanoukville, barat daya Phnom Penh, Kamboja pada 26 Juli 2019. Pemerintah China membantah kabar yang menyebutnya diam-diam membangun pangkalan angkatan laut Ream di Kamboja untuk penggunaan eksklusif militernya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China membantah kabar yang menyebutnya diam-diam membangun pangkalan angkatan laut Ream di Kamboja untuk penggunaan eksklusif militernya. Kendati demikian, Beijing menekankan,Kamboja adalah mitra strategisnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Zhao Lijian mengungkapkan, Kamboja pun telah merespons kabar yang pertama kali dipublikasikan Washington Post tersebut.

Baca Juga

“Dikatakan, konstitusi Kamboja tidak mengizinkan pangkalan militer asing di tanah Kamboja dan bahwa renovasi pangkalan itu semata-mata berfungsi untuk memperkuat kapasitas angkatan laut Kamboja guna melindungi integritas maritimnya serta memerangi kejahatan maritim,” kata Zhao, Selasa (7/6/2022), dikutip laman resmi Kemenlu China.

Dia kemudian menuding Amerika Serikat (AS) sebagai dalang di balik spekulasi tersebut. “AS telah mengabaikan dan dengan jahat berspekulasi serta mengotori posisi Kamboja. AS bahkan mengancam dan menekan Kamboja. Ini adalah praktik perundungan yang khas,” ucapnya.

Zhao mengatakan, Kamboja adalah mitra strategis komprehensif China. Kedua negara menjalin kerja sama yang terbuka, transparan, logis, dan sah di berbagai sektor. “Kerja sama semacam itu tidak hanya memberikan manfaat bagi kedua negara dan masyarakat, tetapi juga menjadi contoh yang baik dalam membangun jenis hubungan internasional baru serta komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia,” tuturnya.

Sementara AS, kata Zhao, melakukan hal sebaliknya. Dia mengungkapkan, Washington menjalankan 800 pangkalan militer di luar negeri. Pengeluaran militernya setara dengan jumlah total sembilan negara di belakangnya.

“AS tak hanya berperang selama 16 tahun sepanjang hampir 250 tahun sejarahnya; ia secara serampangan mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan mengirim pesawat militer serta kapal perang untuk melenturkan otot di depan pintu negara lain. Siapa yang merusak keamanan dan stabilitas global serta regional dan menyebarkan disinformasi? Siapa pun bisa tahu,” ucap Zhao.

Sebelumnya Washington Post melaporkan, sebuah pangkalan angkatan laut Kamboja yang sedang dibangun dengan bantuan China, sebagiannya bakal digunakan untuk militer China. Kabar itu cukup menyita perhatian mengingat “misi” China yang hendak melebarkan pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik. Saat ini Beijing hanya memiliki satu pangkalan angkatan laut, yakni di Djibouti di Afrika Timur. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement