REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH–Menteri Kesehatan Mai Alkaila mengatakan sektor kesehatan Palestina menderita kekurangan obat-obatan akut karena pengepungan keuangan Israel. Krisis ini juga terjadi karena sumbangan internasional yang terbatas.
"Seperti semua sektor lainnya, sektor kesehatan Palestina menderita kekurangan besar karena pengepungan keuangan yang diberlakukan oleh pendudukan, serta kurangnya sumbangan internasional," kata Alkaila saat berbicara di sebuah acara di Ramallah di hadapan pejabat Uni Eropa, AS, dan PBB dilansir dari Wafa News, Kamis (9/6/2022).
Kekurangan ini berdampak negatif pada layanan yang ditawarkan kepada pasien karena kurangnya obat-obatan. Menteri kesehatan menunjukkan bahwa pasien Palestina sangat menderita dari "rasisme" Israel.
Mereka merasa mereka hidup di bawah rezim "apartheid" ketika mereka pindah dari Gaza atau Area C Tepi Barat, yang berada di bawah kendali administrasi dan keamanan Israel, untuk menerima perawatan di rumah sakit.
Alkalia meminta komunitas internasional dan kelompok hak asasi manusia untuk mengendalikan" pendudukan Israel dan menghentikan praktik-praktik ini.
Pemerintah Palestina telah menderita krisis keuangan yang parah sejak 2019 karena pengurangan signifikan Israel dari pendapatan pajak yang dikumpulkannya atas nama PA serta penurunan yang signifikan dalam sumbangan internasional.
Baru-baru ini Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Zhao Lijian mengkritik pendudukan Israel atas Palestina. Menurutnya, bertahannya konflik Israel-Palestina disebabkan ketidakadilan historis yang dilakukan terhadap rakyat Palestina dibiarkan terlalu lama. Komentar ini disampaikan sebagai respons peluncuran laporan sebuah komisi dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang menyebut Israel tak berniat mengakhiri pendudukan terhadap Palestina.