REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pengemudi truk di Korea Selatan mengakhiri pemogokan nasional yang telah berlangsung selama delapan hari. Aksi mogok massal ini menyebabkan gangguan besar pada produksi domestik dan transportasi kargo.
Ribuan pengemudi truk menyerukan perpanjangan jaminan upah minimum di tengah melonjaknya harga bahan bakar. Pemogokan tersebut memicu penundaan pengiriman logistik, termasuk pengiriman baja, semen, petrokimia, ban dan barang-barang lainnya. Bahkan beberapa pabrik terpaksa menghentikan produksi.
Dampak dari aksi mogok ini hanya dirasakan oleh industri dalam negeri. Namun para ahli mengatakan pemogokan yang berkepanjangan dapat merusak rantai pasokan global yang telah terganggu oleh invasi Rusia ke Ukraina dan pembatasan mobilitas di Cina karena pandemi Covid-19. Pejabat Kementerian Pertanian Korea Selatan mengatakan, sejauh ini belum ada laporan gangguan substansial pada barang-barang ekspor utama seperti semikonduktor dan mobil.
Selama putaran kelima negosiasi pada Selasa (14/6) malam, perwakilan pengemudi truk dan pejabat Kementerian Perhubungan mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pemogokan. Mereka mengatakan kementerian setuju untuk memperpanjang aturan saat ini tentang jaminan upah minimum, dan mempertimbangkan untuk meningkatkan subsidi bahan bakar bagi pengemudi truk. Serikat pekerja mengatakan pengemudi akan segera kembali bekerja.
"Solidaritas Pengemudi Truk Kargo menarik penolakan kolektifnya terhadap transportasi (kargo) dan memutuskan untuk kembali bekerja sekarang," ujar Kementerian Perhubungan.
Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi mengatakan, enam hari pertama pemogokan telah menyebabkan kerugian sekitar 1,6 triliun won atau 1,2 miliar dolar AS. Beberapa pabrik baja dan semen telah menghentikan operasi. Sementara beberapa pengemudi truk yang mogok menghalangi transportasi kargo di beberapa pelabuhan utama.
Juru bicara pemerintah, Cho Yongman yang mengutip Perdana Menteri Han Duck-soo, mengatakan, gangguan transportasi dapat menimbulkan pukulan besar bagi ekonomi Korea Selatan yang sudah menghadapi kesulitan. Pada Senin (13/6), polisi telah menahan 44 pengemudi truk yang mogok. Polisi membebaskan sebagian besar dari mereka, kecuali dua pengemudi yang secara resmi ditangkap.