Rabu 15 Jun 2022 16:20 WIB

Satgas: Kasus Covid-19 Naik Jadi 3.600 Pekan Lalu

Kenaikan kasus di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan sejumlah negara

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Gita Amanda
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: Tangkapan Layar/Youtube Sekretariat Presiden
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, terjadinya tren peningkatan kasus selama beberapa minggu terakhir. Sebelumnya, Satgas mencatat jumlah kasus pekanan pada akhir Mei lalu mencapai 1.800, namun kini terjadi peningkatan menjadi 3.600 pada pekan lalu.

Selain itu, kasus aktif juga mengalami peningkatan. Pada akhir Mei lalu, kasus aktif mencapai sebesar 2.900, sedangkan per 13 Juni 2022 meningkat menjadi 4.900. “Tentunya kenaikan ini perlu untuk menjadi perhatian kita bersama karena apabila tidak dimitigasi dengan baik, kasus dapat terus mengalami kenaikan,” ujar Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, dikutip pada Rabu (15/6/2022).

Baca Juga

Kendati demikian, Wiku menilai kenaikan kasus di Indonesia ini masih lebih rendah jika dibandingkan sejumlah negara lainnya. Sebagai perbandingan, per 11 Juni lalu, jumlah kasus harian di Indonesia mencapai sebesar 574 kasus. Sedangkan di Malaysia sebesar 1.709 kasus, di Thailand 2.474 kasus, Singapura 3.128 kasus, India dan 8.582 kasus, serta Australia mencapai hingga 16.393 kasus.

“Tentunya dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dibandingkan dengan negara lainnya, jumlah kasus harian saat ini masih dapat dikatakan rendah,” jelas dia.

Wiku pun mengingatkan, kenaikan kasus yang terjadi saat ini perlu ditekan semaksimal mungkin mengingat sebelumnya penurunan kasus sudah dapat dipertahankan rendah selama dua bulan berturut-turut. Ia menyebut, hingga saat ini masih belum bisa disimpulkan penyebab pasti terjadinya kenaikan pada tren kasus positif dan kasus aktif.

Namun, terdapat beberapa potensi yang menjadi penyebab. Seperti kenaikan mobilitas penduduk jika dibandingkan tahun 2021 serta meningkatnya interaksi antar masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.

“Aktivitas masyarakat yang sudah kembali normal di tempat publik dan juga kegiatan-kegiatan berskala besar yang dihadiri oleh banyak orang, berpotensi meningkatkan interaksi antar masyarakat yang juga dapat meningkatkan potensi penularan,” kata Wiku.

Selain itu, kemungkinan penyebab lainnya yakni kedisiplinan protokol kesehatan yang mulai terlihat longgar seiring dengan melandainya kasus positif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement