Rabu 15 Jun 2022 17:09 WIB

Rusia Beri Sinyal akan Mengakui Kepemimpinan Taliban di Afghanistan 

Hingga kini belum ada negara yang mengakui kepemimpinan Taliban di Afghanistan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pejuang Taliban berjaga di depan Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan pasukan AS di Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021.
Foto: AP Photo/Khwaja Tawfiq Sediqi
Pejuang Taliban berjaga di depan Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan pasukan AS di Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Utusan khusus Rusia untuk Afghanistan, Zamir Kabulov pada Selasa (14/6/2022) mengatakan, Moskow kemungkinan akan mengakui kepemimpinan Taliban di Afghanistan. Berbicara kepada televisi pemerintah Rusia, Channel One, Kabulov mengatakan, wakil menteri perdagangan Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban akan berkunjung ke Moskow.

Kabulov mengatakan, Afghanistan mengajukan permohonan ke Rusia untuk pembelian beberapa produk. Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan biji-bijian dicadangkan untuk Afghanistan. Dalam wawancara dengan Channel One, Kabulov mengungkapkan kemungkinan pengakuan Rusia terhadap kepemimpinan Taliban di Afghanistan.

Baca Juga

“Ada kemungkinan seperti itu. Kondisinya ditentukan oleh presiden Rusia dan menteri luar negeri," ujar Kabulov, dilansir Anadolu Agency, Rabu (15/6/2022).

Kabulov menekankan Rusia tidak akan mengikuti jejak Amerika Serikat (AS), dan negara-negara lain yang belum mengakui kepemimpiman Taliban di Afghanistan. Dia menambahkan, Taliban bersedia bekerja sama dengan Rusia dan bekerja sesuai dengan aturan internasional.

Pada Agustus 2021, Taliban menduduki Afghanistan saat pasukan internasional pimpinan Amerika Serikat menarik diri dari Kabul setelah 20 tahun berperang. Setelah mengambil alih, Taliban mengumumkan susunan pemerintahan yang diisi oleh laki-laki.

Dunia internasional menyerukan agar Taliban membentuk pemerintahan yang inklusif. Namun hal ini tidak tercermin dalam susunan kepemimpinan Taliban. Hingga kini belum ada negara yang mengakui kepemimpinan Taliban di Afghanistan. 

Pada Mei lalu, Taliban mulai memberlakukan perintah yang mewajibkan semua pembawa berita televisi wanita untuk menggunakan penutup wajah atau cadar, ketika sedang mengudara. Langkah tersebut merupakan bagian dari perintah garis keras Taliban yang menuai kecaman dari para aktivis hak asasi manusia.

Setelah perintah itu diumumkan pada 19 Mei, hanya segelintir outlet berita yang memenuhinya. Tetapi pada Ahad, sebagian besar pembawa berita wanita terlihat menutup wajah mereka, setelah Kementerian Kebajikan di bawah kepemimpinan Taliban mulai memberlakukan dekrit tersebut. Kementerian Informasi dan Kebudayaan sebelumnya mengumumkan bahwa, kebijakan tersebut tidak dapat dinegosiasikan.

“Itu hanya budaya luar yang memaksa kami memakai penutup wajah, dan itu bisa membuat kami bermasalah saat menyajikan program kami,” kata Sonia Niazi, pembawa acara TV TOLOnews.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement