Kamis 16 Jun 2022 23:25 WIB

Pengamat Tanggapi Torehan Elektabilitas Airlangga dalam Survei LSI Denny JA

Terbentuknya KIB dinilai memberikan dampak pada bursa capres-cawapres 2024.

Red: Gilang Akbar Prambadi
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada acara silaturahmi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Kegiatan silaturahmi nasional itu merupakan sebuah ikhtiar partai-partai KIB yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP untuk menunjukkan tradisi politik yang baru.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada acara silaturahmi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Kegiatan silaturahmi nasional itu merupakan sebuah ikhtiar partai-partai KIB yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP untuk menunjukkan tradisi politik yang baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pengamat politik dan birokrasi Natalis Situmorang menilai terbangunnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dimotori Partai Golkar, telah mengubah peta pencalonan pasangan presiden-wakil presiden secara signifikan. Ia mengambil contoh, elektabilitas Airlangga Hartarto dalam hasil survey lembaga survei LSI Denny JA.

Airlangga yang disebut menduduki peringkat keenam elektabilitas calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 kini berada di ‘divisi satu’ peta pencalonan capres tersebut, segera terkerek naik masuk ‘divisi utama’, seiring kian kokohnya KIB dalam peta politik nasional. 

Baca Juga

“Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir KIB menunjukkan kokohnya soliditas di antara mereka, yang antara lain ditunjukkan dengan kehadiran para petinggi partai anggota koalisi dalam acara Rakernas Partai Golkar di Bogor,” kata Natalis seperti dilansir dari Antara, Kamis (16/6/2022).

Karena hal itulah, kata alumnus PPSA XVII Lemhanas tersebut, publik kian melirik Airlangga. Bagi Natalis, hal itu menunjukkan bahwa publik pun mempercayai kemampuan Airlangga mengonsolidasi tak hanya kekuatan ketiga parpol anggota KIB, melainkan menguatkan ikatan di internal partainya sendiri. 

“Bagaimanapun, publik Indonesia umumnya menginginkan kondisi negaranya aman, tertib dan bisa melanjutkan pembangunan demi meningkatnya kesejahteraan,” kata Natalis. “Manakala mereka melihat Golkar dan KIB tenang, bahkan solid, mereka melihat potensi besar ada di Airlangga," kata dia.

Persoalannya, kata Natalis, tinggal apakah tim Airlangga mampu memanfaatkan peluang tersebut, memperbesarnya hingga elektabilitas Airlangga terkerek lebih tinggi lagi, atau justru larut dalam euforia.

“Tentu saja, seharusnya tim Airlangga, kalau itu ada, menjadikan hal ini sebagai titik tolak penting. Tidak harus dengan mendesak anggota Koalisi untuk segera menentukan pasangan capres-cawapres, tetapi memanfaatkannya untuk konsolidasi lebih kokoh lagi karena jelas peluang mereka memenangkan Pilpres 2024 mendatang kian kuat,” kata pengajar pascasarjana sebuah universitas swasta di Jakarta tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement