Senin 20 Jun 2022 09:04 WIB

Tentara Inggris Diminta Siap Hadapi Pertempuran dengan Rusia 

Inggris, AS, dan negara anggota NATO lain dukung Ukraina dalam perang dengan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria berjalan di depan sebuah bangunan yang dihancurkan oleh serangan di Borodyanka, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Ahad, 12 Juni 2022.
Foto: AP/Natacha Pisarenko
Seorang pria berjalan di depan sebuah bangunan yang dihancurkan oleh serangan di Borodyanka, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Ahad, 12 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Panglima baru Angkatan Darat Inggris Jenderal Sir Patrick Sanders meminta para tentara di negara tersebut bersiap menghadapi Rusia di medan perang di Eropa. Dia memandang Rusia sebagai ancaman setelah negara tersebut menyerang Ukraina.

BBC, dalam laporannya pada Ahad (19/6/2022) mengungkapkan, mereka telah melihat memo internal tertanggal 16 Juni. Dalam memo itu, Sanders mengatakan, dia adalah kepala staf Angkatan Darat Inggris pertama sejak 1941 yang mengambil alih komando tentara di bawah bayang-bayang perang darat di Eropa dan melibatkan kekuatan besar di benua tersebut.

Baca Juga

“Invasi Rusia ke Ukraina menggarisbawahi tujuan inti kita, untuk melindungi Inggris dan siap berperang dan memenangkan perang di darat, serta memperkuat persyaratan untuk mencegah agresi Rusia dengan ancaman kekuatan,” kata Sanders dalam memo itu.

Menurut dia, dunia telah berubah sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu. “Sekarang ada keharusan yang membara untuk membentuk pasukan yang mampu berperang bersama sekutu kita dan mengalahkan Rusia dalam pertempuran,” ujarnya.

Sanders menekankan, dia ingin mempercepat mobilisasi dan modernisasi tentara untuk memperkuat Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dia enggan Rusia mempunyai kesempatan untuk menduduki Eropa lagi. “Kita adalah generasi yang harus mempersiapkan tentara untuk berperang di Eropa sekali lagi,” katanya.

Inggris, Amerika Serikat (AS), dan negara anggota NATO lainnya mendukung Ukraina dalam pertempuran melawan Rusia. Mereka memasok bantuan senjata agar Kiev dapat terus melawan Moskow. Pekan lalu, Rusia memperingatkan Barat untuk berhenti menyuplai persenjataan ke Ukraina. Moskow menilai, hal itu sia-sia dan hanya akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut di Ukraina.

Hal tersebut disampaikan saat Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi berkunjung ke Kiev pada Kamis (16/6/2022) lalu. “Saya berharap para pemimpin ketiga negara itu, dan presiden Rumania, tidak hanya fokus mendukung Ukraina dengan lebih lanjut memompa Ukraina dengan senjata. Itu sama sekali tidak berguna dan akan menyebabkan kehancuran lebih lanjut pada negara tersebut (Ukraina),” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media.

Alih-alih menyuplai senjata, Peskov berharap para pemimpin negara-negara tersebut justru menyadarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang keadaan Ukraina saat ini. “Mari berharap mereka akan mendorong Presiden Zelensky untuk benar-benar melihat keadaan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement