Senin 27 Jun 2022 14:36 WIB

Kematian Cacar Monyet Lebih Banyak Ditemukan pada Anak-anak

Kematian akibat cacar monyet berkaitan dengan daya tahan tubuh.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Virus cacar monyet
Foto: AP/VOA
Virus cacar monyet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penyakit cacar monyet (monkeypox) masih terjadi di berbagai negara. Indonesia berupaya mengantisipasi tak masuk Indonesia. Tercatat, kasus kematian cacar monyet lebih banyak ditemukan pada anak-anak.

"Yang dilaporkan di luar negeri hingga saat ini, kasus kematian cacar monyet lebih banyak ditemukan pada anak-anak yaitu sebesar 10 persen," kata Dokter Spesialis Kulit Kelamin dari Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Ni Luh Putu Pitawati saat mengisi konferensi virtual, Senin (27/6/2022).

Baca Juga

Ia menambahkan, tingginya kasus kematian cacar monyet pada anak-anak karena terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya, proses perkembangan tubuh belum sempurna, atau mungkin persoalan status gizi. Alhasil, cacar monyet yang seharusnya bisa sembuh sendiri namun pasien anak-anak tersebut mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga kondisinya menjadi parah.

Sejarah cacar monyet diawali pada 1953 lalu. Saat itu, dia menambahkan, ada monyet yang terinfeksi penyakit yang kondisinya mirip cacar dan kemudian disebut monkey pox.

Kemudian, pada 1970-an di Afrika Tengah diketahui terjadi transmisi pada manusia. Padahal tadinya penularan cacar monyet terbatas pada binatang. "Penularan virus monkey pox awalnya hanya pada hewan kemudian terjadi pada manusia seiring dengan perubahan cuaca pengaruh lingkungan, dan kondisi masyarakat akan memicu sistem kekebalan tubuh menjadi menurun," ujarnya.

Selain itu, ia menyebutkan kontak erat terjadi karena kondisi ekomomi buruk sehingga manusia bisa saja pergi ke hutan mencari makanan dan akhirnya melakukan kontak dengan binatang yang terinfeksi virus ini. Kemudian, kondisi tubuh mengalami masalah sistem imun yang menyebabkan terjadi perubahan yang tadinya hanya menular dari binatang ke binatang kemudian ke manusia.

Dia menjelaskan media penularan manusia ke manusia sebenarnya sama seperti transmisi cacar yang lain yaitu melalui droplet.  "Diperlukan kontak erat dengan penderita yang terkonfirmasi cacar monyet tanpa perlindungan dalam jangka panjang. Kemudian bisa juga kontak dengan lenting cacar monyet tanpa pelindung diri," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia. Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menambahkan, Kemenkes secara kumulatif mencurigai sembilan orang yang diduga terinfeksi penyakit ini. Namun demikian hasil pemeriksaan menunjukkan ketujuh pasien negatif dari cacar monyet.

"Untuk di Indonesia selama ini Alhamdulillah kasusnya belum ada ya. Ada sembilan yang sudah kami curigai tapi semuanya bukan cacar monyet," kata Syahril dalam konferensi pers, Jumat (26/6/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya