Ahad 03 Jul 2022 21:22 WIB

AYPI dan ALPAS Sinergi Bangun Pendidikan Islam

Peran pendidikan Islam semakin signifikan.

Red: Irwan Kelana
Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menggelar silaturahim dengan Perkumpulan Alumni Pesantren Salafiyah (ALPAS), di Sekolah Fajar Hidayah, Kota Wisata, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Sabtu (2/7/2022).
Foto: Dok AYPI
Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menggelar silaturahim dengan Perkumpulan Alumni Pesantren Salafiyah (ALPAS), di Sekolah Fajar Hidayah, Kota Wisata, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Sabtu (2/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pendidikan Islam telah terbukti berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Sebelum Indonesia merdeka, pendidikan Islam berbasis pesantren menjadi penggerak utama semangat kemerdekaan. Melalui tokoh-tokoh yang dididik melalui pesantren, perjuangan kemerdekaan mencapai puncaknya dengan proklamasi 17 Agustus 1945.

Di masa kemerdekaan, terlebih lagi memasuki era revolusi industri 4.0 ini, peran pendidikan Islam semakin signifikan. Kini, generasi masa depan bangsa tidak cukup hanya dibekali dengan sains dan ilmu pengetahuan, tetapi juga perlu memiliki karakter yang baik dan akhlak yang mulia.

Kesimpulan ini mengemuka pada silaturahim yang digelar antara Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) dan Perkumpulan Alumni Pesantren Salafiyah (ALPAS), Sabtu (2/7/2022).  Kegiatan itu diselenggarakan di Sekolah Fajar Hidayah, Kota Wisata, Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Hadir dalam silatrrahim itu jajaran pengurus AYPI dan ALPAS. Ketua AYPI, Mirdas Eka Yora, dalam pertemuan itu menyampaikan pentingnya sinergi antara pengelola lembaga pendidikan Islam untuk menyiapkan generasi yang tangguh, berkualitas, dan ber-akhlakul karimah (akhlak mulia). "Seluruh lembaga yang mengelola pendidikan Islam harus bersinergi untuk memperjuangkan keberpihakan pemerintah kepada madrasah atau pesantren," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (2/7/2022).

Mirdas menyoroti, model pendidikan Islam adalah jawaban bagi tantangan dunia global yang mengharuskan anak didik memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan segala perubahan. "Di pesantren telah diajarkan kemandirian, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, termasuk sains dan teknologi, sehingga santri lebih siap menghadapi perubahan di masa mendatang," tuturnya.

Ustadz Dadeng Wahyudi  SPdI  MEI  sebagai pembina ALPAS, mengamini apa yang disampaikan oleh Mirdas. Menurutnya, pesantren saat ini sudah mulai terbuka dengan pendidikan umum, sehingga santri tidak hanya dibekali ilmu agama tetapi juga ilmu umum. "ALPAS ini terdiri dari para kyai yang mengelola pendidikan pesantren. Namun santri-santri di pesantren mereka juga memperoleh pendidikan umum," ujarnya.

Ustadz Dadeng yang juga anggota DPRD Kabupaten Bogor menyampaikan harapannya agar pemerintah memperhatikan para pengelola pesantren. "Peran para kyai ini sangat signifikan dalam meningkatkan kualitas SDM masyarakat," katanya.

Menurutnya, indikator penilaian rata-rata lama sekolah harus direvisi karena mengabaikan peran pesantren. "Selama ini, untuk mengukur IPM  (Indeks Pembangunan Manusia) yang dilihat hanya sekolah formal. Padahal dalam konsep pesantren, pendidikan itu tidak terbatas ruang dan waktu. Jika pendidikan pesantren dimasukan sebagai indikator IPM, maka rata-rata lama sekolah masyarakat kita pasti meningkat," tuturnya menjelaskan.

Oleh karena itu, melalui ALPAS dia bertekad untuk terus memajukan serta mengembangkan pendidikan pesantren. "ALPAS yang saat ini sudah berdiri di Kabupaten Bogor akan kita kembangkan ke seluruh Indonesia," tekadnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement