REPUBLIKA.CO.ID, PAMULANG – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tangerang Selatan (Tangsel) masih tinggi. Ini terbukti dengan banyaknya kasus penderita DBD.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel, Tri Utami, hingga Juli 2011 terdapat ratusan warga Tangsel terkena DBD. "Berdasarkan laporan Dinkes sampai minggu ke-29 atau Juli pekan keempat, tercatat 337 kasus. Korban meninggal belum ada laporan," kata Utami.
Bagi Utami, kendati jumlah kasus berkurang, namun angka 337 masih tergolong mengkhawatirkan. Kasus terbanyak terdapat di wilayah Pamulang. "DBD merupakan penyakit berpotensi kematian tinggi. Namun bila dibandingkan dengan 2010 lalu, angka penderita DBD berjumlah 850 kasus. Saat ini lebih berkurang," jelasnya.
Pemberdayaan juru pemantau jentik (Jumantik) menjadi faktor penentu yang menyebabkan angka penderita DBD menurun. Saat ini, pemerintah telah memberdayakan sebanyak 4.917 kader Jumantik. Satu orang dapat mengawasi 20 rumah.
Menurut Utami, memberdayakan ribuan kader membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Pada alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2011, pihaknya telah menyiapkan dana sebesar Rp 300 juta hanya untuk pencegahan DBD. Alokasi dana tersebut kembali bertambah dan pada APBD Perubahan 2011. Dinkes menganggarkan sebesar Rp 250 juta untuk memerangi virus Aedes Aegypti.
Untuk itu, lanjut Utami, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat Tangsel untuk tetap berhati-hati. Karena DBD merupakan penyakit yang dekat dengan kematian. "Langkah preventif yang harus diterapkan yakni 3M: menutup, menguras, dan mengubur," pungkasnya.