Rabu 07 Sep 2011 17:17 WIB

Ternyata, Petasan Banyak Dijual di Dalam Stadion GBK Semalam

Penyerang Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas, melakukan sundulan melewati hadangan pemain Bahrain, pada laga kedua putaran III kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia. (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Penyerang Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas, melakukan sundulan melewati hadangan pemain Bahrain, pada laga kedua putaran III kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia. (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian Negara RI menangkap empat orang yang kedapatan membawa kembang api saat pertandingan sepak bola antara tim nasional (timnas) Indonesia melawan Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada Selasa malam (6/9).

"Sementara punya waktu 1 x 24 jam untuk memeriksa yang bersangkutan. Informasinya, mereka  mendapat petasan/ kembang api dan sebagainya dari orang yang menjual di dalam stadion," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Alam, di Jakarta, Rabu (7/9).

Empat orang yang diperiksa di Polda Metro Jaya tersebut berinisial H, A, M dan E, yang seluruhnya adalah sebagai pelajar, mahasiswa dan karyawan. Menurut pengakuan para terperiksa, mereka membeli kembang api seharga Rp 10.000 sebatang dan polisi saat ini masih mencari penjual petasan itu.

"Pada saat masuk memang sudah dilakukan pemeriksaan, tapi memang ada celah-celah untuk memasukkan kembang api melalui lubang-lubang dari pagar dan ini masih didalami," papar Anton.

Indonesia akhirnya kalah telak 0-2 dari Bahrain semalam (6/9). Kekalahan itu memicu pembakaran petasan dan kembang api hingga pelemparan botol air mineral kepada tim nasional Bahrain; bahkan lemparan botol tersebut hhampir menuju tengah lapangan.

Hal ini menyebabkan Presiden Susilo Yudhoyono (SBY) yang datang ke stadion bersama istrinya, Ani Yudhoyono, kecewa terhadap sikap kampungan dan berbahaya sejumlah suporter Indonesia itu. Ternyata kualitas penonton Indonesia masih sebatas itu saja, tidak ubahnya vandalis belaka.

Pembakaran petasan itu juga bisa dilihat dari sisi lain. Sangat mengejutkan bahwa di lokasi di mana kepala negara berada, masih bisa disusupi bahan-bahan yang bisa membahayakan salah satu lambang negara itu. Apalagi jumlah personel yang dikerahkan untuk mengamankan juga sampai ratusan yang berbaur dengan kerumunan massa.

Padahal prosedur pengamanan kepala negara/ kepala pemerintahan dan wakilnya sangat jelas; juga di mana saja pemimpin bangsa itu berada berarti dalam status harus sudah steril dalam terminologi militer dan keamanan.

Menyangkut kekecewaan itu, Juru Bicara Presiden, Julian Pasha, menyatakan, "Beliau memutuskan untuk kembali sebelum pertandingan usai. Presiden tidak berkenan khususnya kepada suporter karena menunjukkan tidak sportif dan kejadian itu patut disesalkan."

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement