REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengaku khawatir atas tindakan kekerasan yang dilakukan para siswa SMAN 6 terhadap para wartawan. Hal itu diakibatkan adanya kesalahan dalam sistem pendidikan yang kurang mengajarkan karakter bertanggung jawab dan disiplin kepada para pelajar.
"Saya berharap proses hukum harus tetap berjalan. Hormatilah kebebasan pers, barang yang dirampas tolong dikembalikan dan lingkungan sekolah agar dapat mendidik siswanya dengan baik," tegas pria yang pernah menjabat Ketua Mahkamah Agung (MA) ini, di Jakarta Selasa (20/9).
Ia mengungkapkan, Dewan Pers akan mengambil langkah-langkah guna mencari jalan terbaik dalam penyelesaian kasus pengeroyokan para siswa SMAN 6 kepada wartawan. "Dewan Pers akan mengagendakan memanggil pihak SMAN 6 dan aparat kepolisian guna mencari penyelesaian sesuai mekanisme hukum," ungkapnya.
Menurut dia, pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap tragedi pemukulan kepada wartawan yang dilakukan oleh para pelajar SMA 6 adalah para pendidik, termasuk orang tua murid. "Siapa yang bertanggung jawab? atas kekerasan yang dilakukan para pelajar tentu seharusnya tanggung jawab dari pendidiknya, terutama tanggung jawab dari pihak orang tuanya," ucapnya.
Bentrokan antara wartawan dan siswa SMAN 6 pada Senin (19/9) berawal saat para wartawan menggelar aksi damai di depan SMAN 6 di Jalan Mahakam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan berkaitan dengan kasus pemukulan dan perampasan kaset kamera wartawan Trans 7, Oktaviardi.
Namun, aksi damai itu berubah ricuh dan berujung tawuran. Belasan orang dari kedua belah pihak menderita luka ringan hingga luka berat. Kerugian materi juga diperkirakan mencapai jutaan rupiah karena sejumlah mobil ikut rusak.