REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, meresmikan ruang isolasi baru bagi pasien flu burung di Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang, Senin (12/12).
Pembangunan fasilitas tersebut didukung oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Uni Eropa (EU). Peresmian tersebut disaksikan oleh Wakil WHO untuk Indonesia, Khanchit Limpakarnjanarat, dan Wakil EU, Colin Crooks. Pembangunan ruang isolasi ini merupakan bagian dari proyek INSPAI (Implementing the National Strategic Plan for Avian Influenza).
Menurut Endang, sepanjang masa kerjanya (Desember 2007-Desember 2012) telah dibangun ruang isolasi flu burung di 10 rumah sakit (RS) rujukan flu burung. Rumah sakit tersebut adalah RSUP Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RSPAD Gatot Subroto, RSUP Kandou, Manado, RSUD dr. Soetomo, Surabaya, RSUD Moewardi, Solo, RSUD Ulin, Banjarmasin, RSUD dr. Abdoel Moeloek, Lampung, RSUD Gunung Jati, Cirebon dan RSUD Tangerang.
Pemilihan 10 RS tersebut mempertimbangkan endemisitas daerah tersebut terhadap kasus flu burung. Kendati demikian, Endang mengatakan, dari 10 RS di atas baru dua RS yang siap menjadi rujukan flu burung.
Sementara itu, Colin mengatakan kasus flu burung (H5N1) di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Tingkat kematian di Indonesia juga termasuk yang tertinggi di dunia. Hingga kini, Indonesia masih rawan dengan wabah tersebut. Cara hidup masyarakat Indonesia yang dekat dengan unggas sangat memengaruhi hal tersebut. Flu burung pertama kali mengemuka di Indonesia pada 2005. Ketika itu penderita flu burung pertama di Indonesia berasal dari Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI, sampai dengan November 2011 tercatat sebanyak 32 provinsi di Indonesia telah tertular virus avian influenza pada unggas, terutama unggas yang dipelihara di sekitar rumah. Sedangkan pada manusia, tercatat sebanyak 182 kasus dengan angka kematian 150 orang.
Hingga kini, belum ada bukti penularan virus flu burung dari unggas kepada manusia. Sayangnya, kasus flu burung di Indonesia pada umumnya mengalami keterlambatan diagnosis.