Kamis 26 Jan 2012 05:32 WIB

Mengusir Penumpang Atap KRL, dari Semprot Cat Sampai Panggil Ustaz

Pekerja memasang bola-bola besi penghalang penumpang atap gerbong kereta api di jalur kereta api Tambun-Bekasi, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (17/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja memasang bola-bola besi penghalang penumpang atap gerbong kereta api di jalur kereta api Tambun-Bekasi, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (17/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Keberadaan penumpang di atap KRL menjadi perhatian serius PT Kereta Api Indonesia (KAI). Segala terobosan dilakukan PT KAI untuk mengusir penumpang yang naik di atap KRL, namun hingga kini belum berhasil membuat jera mereka.

Humas PT KAI Daops I Mateta Rijalulhaq mengatakan, permasalahan yang ingin diselesaikan adalah menciptakan kondisi perkeretaapian yang bebas dari penumpang atap. "Tapi hingga saat ini belum bisa terlaksana," ujar Mateta, Rabu (25/1). 

Dia mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan mulai dari sosialisasi sampai dengan tindakan pengusiran dalam berbagai bentuk. Misalnya dilakukan tindakan pengusiran mulai dilakukan dengan cara menuangkan oli di atap kereta, memasang kawat berduri, menyemprotkan cat warna dan memasang palang pintu koboi.

"Usaha ini masih belum membuat penumpang atap takut naik ke atap kereta," ujarnya.

Untuk masalah hukum, katanya, merupakan wewenang kepolisian terkait masalah penindakan hukum.

Hal senada dikatakan oleh Kepala Stasiun Depok Lama, Dwi Purwanto yang menyatakan pihaknya telah melakukan berbagai hal untuk mencegah penumpang naik di atap kereta, namun hasilnya belum memuaskan.

Ia mencontohkan, pihaknya telah melakukan dengan cara memasang paku di atap kereta dan menaburkan oli, tetapi masih saja penumpang tidak merasa jera.

Lebih lanjut ia mengatakan penerapan denda atau sidang ditempat kejadian juga pernah dilakukan di stasiun Pasar Minggu Jakarta Selatan lengkap dengan polisi jaksa dan hakim, namun hal tersebut juga belum memberikan efek jera kepada penumpang.

PT KAI mencanangkan atap kereta api khususnya KRL harus bersih dari penumpang. Untuk mewujudkan hal tersebut berbagai cara ditempuh PT KAI (Persero) agar penumpang di atap KRL berkurang hingga akhirnya tidak ada lagi penumpang di atap.

Menurut Dwi, sosialisasi lainnya adalah dengan mengundang Ustaz untuk memberikan pengertian kepada para penumpang, tentang bahaya yang mengancam keselamatan jiwa jika naik di atap KRl, namun belum juga memberikan perubahan kepada para penumpang.

"Pada Jumat (6/1) lalu kami mengundang ustaz memberikan imbauan kepada penumpang untuk tidak naik di atap kereta, tapi dampaknya belum dirasakan hingga saat ini," katanya.

Ia mengatakan, naik di atap KRL memang sangat berbahaya bagai keselamtan jiwa penumpang pada 2011 seorang penumpang tewas tersengat aliran listrik tegangan tinggi ketika naik di atas KRL.

"Seharusnya kejadian ini memberikan efek jera bagi penumpang, tapi hingga pengaruhnya hanya sedikit," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement