REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana meningkatkan populasi sapi dengan inseminasi buatan. Pasalnya dengan adanya inseminasi buatan ini, populasi sapi di Jawa Tengah bisa meningkat dengan cepat.
Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, mengatakan saat ini Jateng memiliki 50 ekor sapi yang nantinya akan diambil spermanya.
"Dengan 50 ekor ini nanti kita pelihara dengan baik, dari sinilah akan dapat dilakukan inseminasi buatan," ucapnya saat ditemui usai rapat koordinasi teknis dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng, Kamis (15/3).
Dalam satu pekan, sperma sapi-sapi ini akan diambil dua kali. Setiap pengambilan akan diperoleh 5 cc sehingga tiap pekannya diperoleh 10 cc sperma sapi. Bila ada 50 sapi berarti diperoleh 500 cc dalam sepekan sehingga dalam satu bulannya diperoleh 2.000 cc sperma sapi.
"2.000 cc sperma ini kalau disuntikkan pada sapi-sapi betina, maka populasi sapi akan menjadi luar biasa populasi," ujar Bibit.
Saat ini sudah tercatat 2,2 juta sapi hasil dari inseminasi buatan. Namun sayangnya, adanya teknologi ini hanya sebatas meningkatkan kuantitas saja. Sementara dari segi kualitas, sapi-sapi tersebut masih belum memuaskan. "Kualitas sapi yang sehat, dagingnya bagus dan gemuk, kami belum mendapatkannya," katanya.
Untuk itu, konsep pemeliharaan sapi yang sehat akan terus dikembangkan. Mantan Pangkostrad ini mengatakan sapi yang sehat setidaknya menghabiskan tujuh kilogram konsentrat setiap harinya. Harga perkilogram konsentrat Rp 2.500, ini berarti untuk tiap sapi diperlukan Rp 17.500 tiap harinya. Belum lagi ditambah rumput setengah kuintal untuk makan dan 40 liter air untuk minum seekor sapi.
"Kalau itu bisa terpenuhi dengan baik, maka kita akan bisa memenehui swamsembada daging 2014. Tapi kalau tidak ya berat," ujarnya.
Untuk memenuhi hal tersebut, kata Bibit, harus didukung oleh pembuatan embung-embung di tempat krisis air, seperti misalnya di Blora dan Rembang. Di daerah lain seperti Wonogiri, kebutuhan air untuk sapi perharinya sudah tercukupi.
Permasalahan berikutnya yang harus diperhatikan adalah menjaga sapi-sapi agar tidak terkena penyakit antraks. Pasalnya penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik yang harus dicegah. "Jangan sampai muncul, langkah-langkah vaksinasi harus dilakukan," ucapnya.
Selain itu, kebersihan kandang sapi juga harus diperhatikan. Bibit meminta konsep ini dijaga dengan dengan baik sehingga perwujudan swasembada daging bisa terwujud. "Jangan sampai jumlahnya ada, tapi bobot serta kualitas kurang sehingga tidak bisa swasembada," harapnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng, Withono, mengatakan ada beberapa upaya yang bisa mendukung tercapainya swasembada daging 2014. Diantaranya pembangunan pabrik pakan ternak skala mini dengan prosuksi satu hingga tiga ton perhari. "Mungkin ada 10 pabrik dengan lokasi tersebar," ucapnya.
Selain itu, pemotongan terhadap sapi betina produktif sebaiknya tidak dilakukan. Pasalnya betina produktif bisa menghasilkan bibit ternak.
Rumah pemotongan hewan (RTH) yang ada di Jateng juga akan diperbaiki. Hal ini guna mengantisipasi adanya pembatasan impor sapi. Jika ada pembatasan, maka otomatis pemprov harus memenuhi permintaan sapi dari masyarakat. Saat ini ada 98 RTH di Jateng. Jumlah ini belum termasuk RTH dalam kategori kecil.
"Kami selalu melakukan pembinaan melalui perbaikan sarana dan prasarana kemudian menerbitkan nomor kontrol primer yang akan kami audit sesuai persyaratan," ujar Withono.
Saat ini, populasi di Jateng mencapai potong 1,9 juta ekor sapi potong, kerbau 75 ribu ekor, dan sapi perah 150 ribu ekor.
"Tiap tahun kami menargetkan di atas lima persen," katanya. Adanya target ini, kata Withono, untuk membantu memenuhi program swasembada daging nasional. Sementara untuk Jateng sendiri, swasembada daging telah dicapainya.