REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Banjir luapan Sungai Bengawan Solo yang melanda sejumlah daerah penyangga pangan berdampak pada kenaikkan harga beras. Gejolak harga ini salah satunya dipicu oleh terendamnya tanaman padi, hingga terjadi gagal panen. "Disamping disebabkan menipisnya stok bahan pokok setiap memasuki musim paceklik, juga akibat terendamnya tanaman padi hingga mengancam gagal panen,'' kata, Kabul Subahit, Ketua HKTI(Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Klaten, Jawa Tengah, Senin (9/1).
Yang jelas, kata Kabul, kondisi semacam ini momentum tepat bagi tengkulak untuk memainkan harga beras. Menurutnya, banyak tengkulak menimbun barang pada kondisi seperti ini. Sehingga stok beras menipis di pasaran dan berdampak pada kenaikan harga beras.
Kabul mencatat, harga gabah kering giling (GKG) saat ini Rp 5.500 per kilogram, atau naik 22,22 persen dibandingkan awal Desember 2011 sebesar Rp 4.500 per kilogram. Ia mengatakan, naiknya harga GKG ini disebabkan oleh faktor suplai yang terbatas.
Berdasar pantauan harga beras di sejumlah pasar tradisional, kenaikan harga berkisar antara Rp 1000 - 1.500 per kilogram. Harga beras IR 64 misalnya, pada akhir tahun 2011 seharga Rp 7.000. Sekarang, naik menjadi Rp 8.500 per kg. Beras Menthik Wangi dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.300 per kilogram.