REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kini membutuhkan mitra strategis untuk melanjutkan pemulihan kinerja untuk menjadi perusahaan yang menguntungkan pascapenetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Sebagai pemegang saham, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai menjajaki peluang yang dapat menjadi investor Garuda Indonesia.
Kementerian BUMN sebelumnya sudah bertemu dengan Chairman of Etihad H.E Mohammed Ali Al Shorafa dan Chairman and Chief Executive Emirates Airways Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum saat berkunjung ke Dubai. Dalam pertemuan tersebut Kementerian BUMN masih mengupayakan pencarian investor untuk Garuda.
“Masih penjajakan waktu bertemu Etihad dan Emirates,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada Republika, Selasa (5/7/2022).
Irfan menjelaskan setelah keputusan PKPU ditetapkan, Garuda Indonesia akan fokus kepda profitability. Dia menuturkan, penambahan rute dan pesawat harus sesuai dengan tujuan utama yaitu profitability.
“Bila ada kesempatan dan peluang ke depan tentu saja kita akan kembangkan kewajiban kita untuk membangun akses di dalam negeri,” ujar Irfan.
Meskipun Kementerian BUMN sudah menjajaki kerja sama dengan Etihad dan Emirates, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan belum ada keputusan mengenai pendekatan tersebut.
"Kita lihat bisa Emirate, bisa Etihad yang jadi bagian perbaikan logistik ekosistem udara negara kita. Tapi masih belum putus, kemarin baru presentasi, masih panjang," kata Erick di Gedung DPR, Senin (4/7).
Erick menegaskan siapapun investor Garuda nantinya wajib menjadi mitra strategis. Tidak hanya soal uang saja, Erick menuturkan investor tersebut harus memberikan nilai tambah untuk perbaikan logistik udara untuk barang dan penumpang.
Diketahui, Indonesia dan Uni Emirat Arab berhasil menandatangani perjanjian kerja sama IUAE-CEPA (Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement) pada Jumat (1/7/2022). Kerja sama antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab (UEA) terjalin melalui CEPA.
Perjanjian kerja sama tersebut dinilai akan menguntungkan Indonesia. Perjanjian tersebut dapat membuka keran ekspor sehingga produk Indonesia dapat terjual ke berbagai belahan dunia.
Erick mengharapkan pembahasan yang dilakukan dengan UEA dapat memberikan kabar baik. “Step pertama yang penting pemerintah hadir. Ini kan memberikan confidence juga bagi strategic partner," jalas Erick.
Penjajakan kerja sama dengan maskapai asing bukan tanpa alasan. Sebelumnya Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo mengungkapkan pendekatan kepada pelaku airlines internasional untuk mendukung penerbangan domestik Garuda Indonesia.
Pria yang akrab disapa Tiko itu menyebut penerbangan domestik Garuda Indonesia akan lebih kuat. Bahkan, lanjut Tiko, Indonesia menjadi beberapa negara yang memiliki trafik penerbangan domestik terbanyak selain Amerika Serikat dan Cina sehingga menjadi daya tarik bagi investor.
“Ini kan hub player, seperti Singapura, Dubai, Qatar. Ini kan pemain-pemain hub, mereka garapnya domestik market,” ujar Tiko.
Tiko mengharapkan karakteristik tersebut menjadi susautu yang cukup bagus jika menjadi mitra strategis Garuda. Sebab, nantinya akan membawa pasar penerbangan domestik Indonesia yang utamanya dilayani Garuda Indonesia akan lebih kuat.