REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini buku-buku sejarah kerap memberikan penghargaan kepada Francis Crick dan James Watson untuk menemukan bentuk dan wujud DNA. Namun, tanpa Rosalind Franklin, mereka tidak akan memiliki semua bagian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan teka-teki itu.
Franklin adalah yang pertama kali menangkap gambar sinar-X dari DNA. Dia, kemudian membuktikan kepercayaan ilmiah yang telah lama dipegang bahwa DNA, kemungkinan terdiri atas dua rantai melingkar yang berlawanan atau yang kini dikenal sebagai heliks ganda. Hasil tangkapan tersebut kini terkenal dengan sebutan 'Foto Nomor 51'.
Foto tersebut kemudian juga menjelaskan perihal struktur asam nukleat deoksiribosa. Temuan ini diterbitkan di majalah Nature pada 1953.
Dikutip dari Yourgenome.org, Rosalind juga mempelajari virus tumbuhan bersama Aaron Klug. Namun, pada 1956, Rosalind didiagnosis menderita kanker ovarium. Dia berjuang melawan penyakit itu selama 18 bulan sambil terus bekerja di labnya.
Sayangnya, dia kalah dalam pertempuran melawan kanker pada April 1958, pada usianya yang baru 37 tahun.
Pada 1962, James Watson, Francis Crick, dan Maurice Wilkins dianugerahi hadiah Nobel di bidang kedokteran atas penelitian DNA yang mereka lakukan. Sebuah penghargaan yang seharusnya juga dibagi bersama Rosalind. Namun, sayangnya penghargaan tersebut tidak dapat diberikan secara anumerta.
Dalam memoarnya yang berjudul The Double Helix, Dr Watson menggambarkan Rosy, panggilannya untuk Rosalind, sebagai seorang ilmuwan yang tidak menekankan kualitas femininnya. "Rosy bukanlah perempuan yang gemar berdandan. Ia sangat menginginkan para perempuan dapat mengejar karier yang profesional bagi para perempuan cerdas di manapun," ujar Watson.
Pada 1982, Klug juga mendapat hadiah Nobel yang mana sebagian penelitiannya juga didasarkan pada pekerjaannya bersama Rosalind. Tepatnya, ketika mereka bersama menyelidiki struktur virus tumbuhan dan hewan.