Sabtu 09 Jul 2022 00:35 WIB

Menlu Dorong Multilateralisme di Pertemuan G20

Situasi dunia saat ini menghilangkan kepercayaan orang pada multilateral

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah) menyampaikan pidato dalam pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/7/2022).
Foto: ANTARA/POOL/Sigid Kurniawan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah) menyampaikan pidato dalam pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan dunia yang belum pulih dari pandemi Covid-19 kini harus menghadapi krisis yang disebabkan perang di Ukraina.

Retno mengatakan dampak domino perang pada bidang pangan, energi dan fiskal dirasakan seluruh dunia. Terutama negara berkembang dan pendapatan rendah.

"Pertumbuhan global pada 2022 diproyeksikan melambat sampai 2,9 persen, sementara inflasi untuk negara-negara berkembang mungkin mencapai 8,7 persen," kata Retno di Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Bali, Jumat (8/8/2022).

Retno mengatakan masalah global yang tengah melanda hanya dapat diselesaikan dengan kerja sama negara seluruh dunia. Meski begitu, ia mengakui ditengah gejolak perang sulit bagi pemerintah di dunia untuk duduk bersama.

 

Retno melanjutkan situasi dunia saat ini menghilangkan kepercayaan orang pada multilateral dan kapasitasnya untuk merespon tantangan global dengan efektif. "Multilateral tidak sempurna tapi bisa kita bayangkan apakah kita bisa hidup tanpa multilateral?" tambahnya.

"Saya yakin situasinya akan lebih buruk. Unilateralisme akan menjadi norma, yang kuat akan ambil semuanya. Jelas kita tidak mau itu, kita semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi multilateralisme, untuk membuatnya berjalan," Retno.

Menteri Luar Negeri menambahkan multilateralisme satu-satunya mekanisme di mana semua negara apa pun ukuran dan kekayaannya setara dan diperlakukan sama.

Suara semua negara, lanjutnya, baik besar maupun kecil, Utara dan Selatan, maju atau tidak, harus didengar. Itulah mengapa dalam presidensi Indonesia yang pertama di G20 mengundang perwakilan negara kepulauan.

"Saudara dan saudari kami dari PIF dan CARICOM bersama Uni Afrika, karena di dunia yang terpolarisasi kepentingan mereka juga penting dan keprihatinan mereka juga keprihatinan kami," kata Rento.

Multilateralisme, kata Retno, juga satu-satunya cara untuk mengkoordinasikan respon tantangan global dengan efektif. Karena itu, mari mencoba yang terbaik untuk memperkuat kepercayaan strategis dan saling percaya.

Ia juga mengajak peserta pertemuan untuk menegakan semua prinsip dan dasar yang dibangun saat PBB didirikan pada 1945. Retno mengatakan multilateralisme hanya dapat berjalan bila ada saling percaya.

Retno mengutip Piagam PBB yang mengatakan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional yang sesuai prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional.

"Untuk membangun hubungan bersahabat antar bangsa dan meraih kerja sama internasional dalam menyelesaikan masalah internasional," kata Retno.

"Maka sudah menjadi tanggung jawab kita untuk mengakhiri perang segera dibanding nanti dan menyelesaikan perbedaan kita di meja perundingan tidak di medan tempur," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement