Kamis 02 May 2019 18:06 WIB

Dimanakah Pemimpin yang Amanah?

Pemimpin yang amanah sesuai Islam adalah mereka yang menjalankan akidah dengan benar

Ilustrasi Pemimpin
Foto: pixabay
Ilustrasi Pemimpin

Sungguh memilukan, tercatat sudah 326 petugas pemilu yang meninggal dunia. Perinciannya, 253 korban berasal dari jajaran KPU yang bertugas sebagai KPPS dan 55 sisanya dari unsur Bawaslu. Sementara dari kepolisian ada 18 personil yang meninggal dunia. Bahkan yang lebih memprihatinkan, berdasarkan laporan yang diterima KPU, salah seorang korban bernama Alhat Supawi, meninggal karena bunuh diri. Ia merupakan petugas KPPS yang bertugas mengisi formulir C1 sebanyak 86 rangkap, dikutip dari jpnn.com (27/4)

Pesta demokrasi di Indonesia menorehkan kisah yang begitu menyedihkan. Karena berakhirnya justru meninggalkan duka bagi keluarga jajaran KPU yang bertugas. Demi mencari pemimpin yang akan menyejahterakan rakyat, namun akankah itu didapatkan? 

Baca Juga

Dalam demokrasi ada paradigma siapa yang banyak perolehan suaranya dia yang menang. Lantas untuk mendapatkan suara yang banyak tersebut, mereka harus mencitrakan diri sebai mungkin agar bisa diterima dan memesona. 

Tapi sangat disayangkan karena pencitraan yang dibangun minim dengan kapasitas kepemimpinan. Karena tentunya mengandalkan opini yang banyak dimuat oleh berbagai media sementara visi dan misi yang akan dijalankan masih jauh dari harapan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengurusi kehidupan mereka agar lebih baik dan sejahtera. 

Pemimpin harus memiliki kesadaran politik. Dengan kesadaran politik inilah ia mengetahui apa yang harus dilakukan, siapa kawan dan siapa lawan. Ia mengetahui konstelasi politik di tingkat lokal dan global. Tidak mengandalkan politik pencitraan sebagai cara untuk mendulang suara. 

Pemimpin sejati dalam Islam juga harus mempunyai ideologi yang terpancar dari akidahnya. Dengan ideologi, ia punya prinsip dan rela berkorban demi ideologinya. Hal ini sangat berbeda dengan pemimpin  pragmatis.

Sikap politik mereka cenderung berubah-ubah. Sehingga muncul jargon  “tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan”. Sikap politik hanya ditentukan oleh kemanfaatan belaka. Akhirnya lahir politik transaksional. 

Pemimpin yang memiliki ideologi akan bertindak dan bersikap berdasarkan ideologinya, bukan atas kepentingan tertentu, apakah kelompok atau asing. Semua dilakukan karena tuntutan ideologi. Ideologi itu sendiri terpancar dari akidah Islam yang benar. Karenanya, tidak mungkin seorang menjadi ideologis jika akidahnya masih bermasalah.

Pengirim: Rindyanti Septiana S.Hi, Pegiat Literasi Islam & Jurnalis Muslimah Medan

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement