Senin 11 Jul 2022 15:27 WIB

Bisakah Pengadilan Paksa Elon Musk Tetap Setujui Kesepakatan dengan Twitter?

Twitter mencoba membuat Musk untuk tetap menyelesaikan kesepakatan itu.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Logo Twitter.
Foto: AP Photo/Matt Rourke
Logo Twitter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – CEO Tesla Elon Musk memutuskan kesepakatannya untuk membeli Twitter. Namun, perjanjian merger yang senilai 44 miliar dolar AS atau sekitar Rp 633 triliun tidak mudah untuk diakhiri. Twitter mencoba membuat Musk untuk tetap menyelesaikan kesepakatan itu. Bisakah pengadilan memaksa Musk untuk tetap membeli Twitter?

CEO Salesforce Bret Taylor yang men-tweet atas nama dewan direksi Twitter mengklaim anggota dewan sudah bertekad untuk menutup transaksi dengan harga dan persyaratan yang disepakati Musk. Mereka akan mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger.

Baca Juga

“Kami yakin kami akan menang di Pengadilan Kanselir Delaware,” kata Taylor.

Pemegang saham Twitter menyeret Musk ke pengadilan dengan harapan Musk dapat menyelesaikan kesepakatan.

Profesor ukum dan bisnis Columbia University Ronald Gilson menilai pada akhirnya, pertarungan antara Musk dan Twitter adalah tentang uang. "Ada banyak pertanyaan yang tertanam dalam bagaimana para ahli akan menghitung jumlah kesepakatan, tetapi Pengadilan Kanselir memiliki banyak cara untuk membuat kedua belah pihak bernegosiasi untuk menghindari persidangan” kata Gilson.

Kedua pihak yang menemukan kompromi untuk menghindari persidangan akan menjadi hasil yang relatif biasa. “Pemahaman saya bahwa perjanjian akuisisi ditulis untuk sangat membatasi kemampuan Musk untuk melakukan persis seperti yang dia lakukan sekarang,” ujar dia.

Teks perjanjian yang sebenarnya mencakup bahasa tentang konsep hukum yang dikenal sebagai kinerja khusus, alternatif untuk memberikan ganti rugi dalam perselisihan. Dalam situasi tepat, ini akan mengharuskan transaksi diselesaikan.

Musk mengklaim seluruh akuisisi Twitter-nya ditahan pada bulan Mei karena dia mengklaim Twitter telah menipunya tentang jumlah bot pada layanan mereka. Banyak orang yang mengatakan Musk hanya melakukan taktik mengulur yang transparan.

Dilansir Mashable, Senin (11/7/2022), pada bulan Juni, Twitter memberi Musk data untuk menghilangkan ketakutan spam botnya. Surat yang ditulis oleh pengacara Musk ke Twitter mengklaim bahwa Musk telah melakukan upaya itikad baik untuk menghitung secara akurat pengguna harian aktif yang dapat dimonetisasi dan dia tidak senang tentang apa yang dia temukan.

“Sementara analisis ini tetap berlangsung, semua indikasi menunjukkan bahwa beberapa pengungkapan publik Twitter mengenai spam bot merupakan salah atau menyesatkan secara material,” kata surat itu.

Sekarang klaim robot spam dalam surat itu sepertinya akan menjadi pilar utama dari argumen hukum yang akan dibuat oleh pengacara Musk di pengadilan Delaware. Jika itu tidak berhasil dan kedua belah pihak tidak berkompromi, sepertinya Musk akan menjadi pemilik baru Twitter yang tidak lagi diinginkannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement