Ahad 12 Jan 2025 12:30 WIB

Lebih dari 60 Kampus di Jerman Ogah Pakai X Lagi

X dinilai tidak lagi menjadi wadah aman dan produktif untuk bertukar pikiran.

Rep: Antara/Anadolu/ Red: Qommarria Rostanti
 Pengguna X (ilustrasi). Lebih dari universitas di Jerman menyatakan tidak akan lagi menggunakan platform X.
Foto: EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
Pengguna X (ilustrasi). Lebih dari universitas di Jerman menyatakan tidak akan lagi menggunakan platform X.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN --Lebih dari 60 universitas dan lembaga pendidikan tinggi di Jerman secara serentak memutuskan untuk meninggalkan platform X. Keputusan ini diambil karena mereka menilai bahwa platform yang dulunya dikenal sebagai Twitter ini telah menyimpang dari nilai-nilai akademik.

Penyebaran konten yang mengandung kebencian, disinformasi, dan serangan terhadap kelompok minoritas menjadi alasan utama di balik aksi boikot ini. Para akademisi merasa bahwa platform X saat ini tidak lagi menjadi wadah yang aman dan produktif untuk bertukar pikiran.

Baca Juga

Dalam pernyataan bersamanya, universitas-universitas tersebut mengecam platform yang sebelum diambil alih Elon Musk bernama Twitter itu. "Keputusan ini mengirimkan sinyal jelas yang mendukung komunikasi berbasis fakta dan menentang kekuatan antidemokrasi," kata pernyataan itu.

Juru bicara Universitas Heinrich Heine di Dusseldorf, Achim Zolke, yang memelopori kampanye tersebut, mengatakan dalam setiap jam, semakin banyak universitas yang bergabung dengan gerakan ini. Sementara itu, Silke Engel, juru bicara Universitas Potsdam, menyoroti perubahan terkini dalam pengoperasian dan fungsionalitas platform tersebut. Dia mengkritik algoritma X karena mengganggu distribusi informasi dan mengarahkan diskusi.

Engel juga mengecam kurangnya pengawasan dengan kedok kebebasan berbicara seraya mengatakan hal itu mendorong ujaran kebencian, disinformasi dan manipulasi. Di antara universitas yang meninggalkan X adalah Universitas Dusseldorf Heinrich Heine, Universitas Freie Berlin, Universitas Humboldt, Universitas Heidelberg, Universitas Muenster, Universitas RWTH Aachen, Universitas Olahraga Jerman Cologne, dan Universitas Eropa Viadrina Frankfurt (Oder).

Langkah itu dilakukan setelah dukungan vokal Musk terhadap partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD), beberapa pekan sebelum pelaksanaan pemilihan umum Jerman bulan depan. Dukungan pendiri Tesla yang menjadi sekutu Presiden terpilih AS Donald Trump itu telah menuai kecaman dari para pemimpin Jerman karena dituduh ikut campur dalam urusan pemilu Jerman. Sejak Musk mengambil alih X dan mencabut sebagian besar kendalinya terhadap disinformasi dan ujaran kebencian, platform tersebut telah mengalami eksodus besar-besaran pengguna.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement