Senin 11 Jul 2022 18:36 WIB

Awali Tahun Ajaran Baru, Ganjar Imbau tidak Ada Perpeloncoan dan Kekerasan

Setiap sekolah diimbau melakukan pengawasan kegiatan pengenalan lingkungan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ilham Tirta
Seorang guru mengenakan kostum wayang saat melakukan sosialisasi protokol kesehatan pada kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS). Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Seorang guru mengenakan kostum wayang saat melakukan sosialisasi protokol kesehatan pada kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tahun ajaran baru 2022/2023 telah tiba, sejumlah sekolah telah memulai kegiatan belajar serta masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS)/masa orientasi sekolah (MOS), kepada para peserta didik baru di sekolah pada Senin (11/7/2022) ini. Setiap sekolah diimbau melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan MPLS/MOS yang ada di lingkungannya dan jangan ada proses perpeloncoan kepada peserta didik baru.

“Saya tidak ingin mendengar adanya kejadian perpeloncoan dialami para peserta didik baru,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menanggapi kegiata MPLS/MOS di Semarang, Jawa Tengah.

Baca Juga

Menurutnya, pengenalan lingkungan sekolah kepada para peserta didik baru dapat dilakukan tanpa harus berlebihan. Bahkan, dalam masa pengenalan ini peserta didik baru mestinya diberikan motivasi yang membangun sehingga semangat belajar di ligkungan sekolah yang baru akan berkembang.

“Syukur-syukur yang punya talenta terus didorong untuk bisa berprestasi untuk membawa nama sekolah,” katanya.

Ganjar juga menyampaikan, motivasi belajar dan berprestasi itu jauh lebih penting daripada cara-cara perkenalan lama dengan model ‘ospek’. Apalagi sampai menjurus pada kekerasan kepada para peserta didik baru. “Teriak, benak-bentak, kekerasan, sudah tidak jamannya lagi, maka itu sudah harus ditinggalkan,” kata dia.

Para peserta didik baru, lanjut Ganjar, bisa dikenalkan pada persiapan menghadapi situasi pandemi Covid-19, yang masih tidak pasti, dan selama ini diberlakukan di masing-masing sekolah. Masa pengenalan lingkungan sekolah juga dapat dikemas atau diisi dengan kegiatan serta cara-cara yang lebih kreatif, sehingga lebih menyenangkan.

“Mungkin merdeka belajar juga bisa diterapkan ke anak-anak yang sekolah menengah sehingga mereka punya pengalaman dan itu jauh lebih penting, dibanding kalau kita bicara model galak-galakan kaya era jaman saya dulu,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah, Uswatun Khasanah menambahkan, hingga kini pemenuhan kuota peserta didik masih tetap berjalan. Saat ini sudah 99 persen terpenuhi dari total 217 ribuan kuota siswa jenjang SMA/SMK di Jawa Tengah.

“Bahkan, hari ini juga sudah diterbitkan surat edaran pemenuhan sekolah kepada tiap  pemangku wilayah, di daerah,” jelasnya.

Ia juga mengimbau agar pemenuhan peserta didik diprioritaskan bagi siswa dari keluarga tidak mampu. Sehingga kuota peserta didik tersebut akan dapat segera terpenuhi.

“Sekolah yang tidak terpenuhi sedikit sekali sekitar 0,75 persen dan itu merupakan sekolah yang berada di pinggiran semuanya. Dalam waktu lima hari ke depan insya Allah akan dapat  terpenuhi,” lanjutnya.

Terkait MPLS/MOS, Uswatun juga telah mengimbau seluruh satuan pendidikan naungan Pemprov Jawa Tengah agar tidak ada kegiatan perpeloncoan. Dalam MPLS/ MOS juga terintegrasi muatan antiradikalisme dan intoleransi.

“Jadi sudah kami imbau kepada setiap sekolah tidak ada perpeloncoan dan jangan ada yang aneh-aneh, dalam masa pengenalan lingkungan sekolah kepada peserta didik baru ini,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement