REPUBLIKA.CO.ID, SANAA — Yaman dikenal di seluruh dunia karena sejarah budidaya kopinya yang kaya. Di tengah gejolak politik yang berkelanjutan, minuman tersebut telah menjadi simbol yang semakin penting bagi bangsa, dengan pembuat bir memimpin jalan untuk mengekspor produk terbaik negara itu.
“Kopi bisa menjadi kekuatan pemersatu di Yaman dan bertindak sebagai alat mediasi penting yang menyatukan orang-orang dari bagian terpisah dari perpecahan politik,” ujar seorang eksportir kopi terkemuka Yaman, Faris Sheibani dilansir dari Alaraby, Rabu (13/7/2022).
Faris Sheibani merupakan CEO Qima Coffee yang berbasis di London. Dia ingin menunjukkan bahwa semua orang di Yaman dari Sadaa di utara hingga Yafa di selatan merayakan budaya kopi mereka.
“Kopi tumbuh di seluruh lanskap Yaman dan dapat bertindak sebagai kekuatan pemersatu,” kata Faris
“Sisi lain dari koin itu adalah ketika Anda beroperasi dari berbagai wilayah di Yaman, terkadang Anda menghadapi tekanan dari berbagai kelompok yang mengendalikan wilayah tersebut untuk melayani kepentingan mereka atau memberi penghormatan kepada ideologi politik mereka. Dan bagi saya, itulah yang membuatnya sangat sulit untuk beroperasi di Yaman,” jelasnya.
Faris bersikukuh bahwa badan usaha tidak boleh memiliki afiliasi politik. “Sebuah bisnis harus melayani kepentingan bisnis,” tegasnya. “Satu-satunya posisi politik yang saya miliki adalah bahwa Yaman harus dijalankan oleh orang Yaman karena, pada prinsipnya, karena mereka adalah orang-orang yang tinggal di tanah ini, hanya mereka yang memiliki kepentingan terbaik negara di hati. Apakah Yaman harus dipisahkan (ke utara dan selatan) bersatu atau negara federal harus diserahkan kepada Yaman untuk memutuskan,” tuturnya.
Sampai awal 1700-an, Yaman adalah satu-satunya produsen dan pengekspor kopi dunia. Kopi pertama kali dikonsumsi pada 1450 oleh para sufi mistik di negara itu yang meminumnya agar tetap terjaga untuk meditasi sepanjang malam. Orang-orang Yaman menyebarkan budaya kopi negara itu ke seluruh dunia.
Baca juga: Bukti-Bukti Meyakinkan Mualaf Gladys Islam adalah Agama yang Paling Benar
Revolusi industri di Eropa mendorong penanaman benih kopi Yaman selundupan di Sri Lanka dan kawasan Nusantara. Petani dan budak di negara-negara ini dipaksa untuk menanam dan menjual kopi dengan harga yang eksploitatif kepada Perusahaan Hindia Timur Belanda dan Prancis.
Pada 1800, Yaman memproduksi 6 persen kopi dunia tetapi pangsa pasarnya terus menurun seiring dengan jatuhnya harga kopi global.
Petani Yaman menyerahkan lebih banyak dan lebih banyak tanah untuk produksi yang lebih menguntungkan dari tanaman narkotika qat dan hari ini kopi Yaman, terlepas dari kualitas dan rasanya, menyumbang kurang dari 0,1 persen dari total kopi dunia.