REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China telah meluncurkan satelit relai data baru yang saat ini menjadi rute ke orbit geostasioner. Peluncuran satelit ini untuk membantu proyek stasiun ruang angkasa berawak negara itu.
Dilansir dari China Aerospace Science and Technology Corporation, satelit Tianlian 2 (03) diluncurkan dengan roket Long March 3B pada Selasa (12/7/2-22) pukul 12:30 malam waktu setempat dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang di China barat daya (CASC).
Satelit akan berjejaring dengan dua kapal Tianlian 2 lainnya begitu berada di orbit geostasioner 22.236 mil (35.786 km) di atas Bumi. Nantinya, satelit memungkinkan komunikasi real-time, termasuk sambungan video langsung, antara darat dan stasiun luar angkasa Tiangong yang sedang dibangun di China.
Tiga astronot dari misi Shenzhou 14 saat ini berada di Tiangong. Dengan bantuan satelit Tianlian, ketiganya pada akhirnya akan menawarkan kuliah sains yang disiarkan langsung untuk siswa di sekolah-sekolah China.
Pada bulan April 2008, China meluncurkan satelit relai seri Tianlian 1 yang pertama. Tianlian 2 (02), satelit generasi kedua dari seri Tianlian 2 yang lebih canggih, diluncurkan pada akhir 2018.
Meskipun berada di orbit geostasioner, ketiganya mencakup berbagai belahan dunia. Satelit Tianlian akan mendukung komunikasi hingga 30 menit pada saat Tiangong mengorbit Bumi 16 kali per hari, sebelum stasiun ruang angkasa bergerak ke area layanan satelit lain.
Platform DFH-4 yang dikembangkan Akademi Teknologi Luar Angkasa China (CASC) berfungsi sebagai dasar untuk satelit Tianlian 2 (CAST). China telah meluncurkan 23 misi orbit tahun ini, dan CASC memperkirakan jumlah itu akan meningkat menjadi lebih dari 50 pada tahun 2022. China bermaksud mengirim Wentian, modul kedua, akhir bulan ini untuk bergabung dengan modul inti Tianhe Tiangong, yang diluncurkan pada April 2021.