REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa pada Selasa (19/7/2022) mengusulkan anggaran sebesar 500 juta euro untuk membiayai pengadaan pertahanan bersama bagi negara-negara Uni Eropa. Di bawah proposal tersebut, Uni Eropa akan mengalokasikan dana dari anggaran 2022-2024.
"Dana tersebut bertujuan untuk mengatasi kebutuhan paling mendesak dan kritis untuk produk pertahanan yang dihasilkan dari agresi Rusia terhadap Ukraina,” ujar pernyataan badan eksekutif Uni Eropa dilansir Anadolu Agency, Rabu (20/7/2022).
Badan eksekutif Uni Eropa mengatakan, alokasi anggaran itu akan membantu anggota Uni Eropa menghindari persaingan dan memfasilitasi penghematan biaya. Menurut aturan, setidaknya tiga negara harus membentuk konsorsium untuk pengadaan bersama.
Komisaris Uni Eropa untuk Pasar Internal, Thierry Breton, menyebut dana tersebut sebagai langkah maju bersejarah dalam integrasi pertahanan Eropa. “Selain membantu mengisi kembali sebagian stok setelah transfer senjata ke Ukraina, kami menciptakan insentif melalui anggaran Uni Eropa bagi negara-negara anggota untuk membeli bersama,” ujarnya.
Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa, Margarethe Vestager, mengatakan negara-negara anggota telah mengambil langkah berani dengan mentransfer peralatan pertahanan yang sangat dibutuhkan ke Ukraina. Dalam semangat solidaritas yang sama, Uni Eropa akan membantu mereka mengisi kembali pasokan peralatan pertahanan dengan mendorong pengadaan bersama. Komisi Eropa berharap sistem pengadaan bersama akan beroperasi pada akhir tahun ini.
Sejak awal perang Rusia di Ukraina pada Februari, negara-negara Barat telah memberikan bantuan militer ke Kiev. Bahkan mereka terus memberikan bantuan peralatan tempur canggih yang digunakan Ukraina untuk melawan Rusia.
Pada Juni lalu, Presiden Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa Rusia akan menyerang target baru jika Barat memasok rudal jarak jauh ke Ukraina. Rudal jarak jauh itu akan digunakan dalam sistem roket bergerak presisi tinggi.
Putin mengatakan pengiriman senjata tidak akan mengubah apa pun. Dia memperingatkan Rusia akan memberikan tanggapan jika Amerika Serikat memasok amunisi jarak jauh untuk sistem HIMARS yang memiliki jangkauan maksimum hingga 300 km (185 mil) atau lebih.
"Jika rudal jarak jauh dipasok, kami akan menyerang target yang belum kami jatuhkan," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi pemerintah Rossiya-1.
Menurut Putin jangkauan sistem HIMARS buatan Lockheed Martin bergantung pada amunisi yang dipasok. Jangkauan rudal buatan AS itu hampir sama dengan sistem rudal buatan Soviet yang sudah dimiliki Ukraina.
"Ini bukan hal baru. Ini pada dasarnya tidak mengubah apa pun. Senjata itu hanya menggantikan senjata yang telah dihancurkan Rusia," kata Putin.
Berbicara tentang drone yang dikirim oleh negara-negara Barat ke Ukraina, Putin mengatakan pertahanan udara Rusia telah memecahkannya seperti kacang. Putin mengatakan Rusia telah menghancurkan puluhan drone buatan Barat.
Pejabat Rusia telah memperingatkan keputusan AS untuk memasok Ukraina dengan sistem roket canggih akan memperburuk konflik. Namun Putin mengatakan pengiriman sistem roket canggih itu tidak akan membawa perubahan mendasar di medan perang.
Departemen Pertahanan AS memasok empat sistem HIMARS M142 bersama dengan Sistem Roket Peluncuran Berganda Terpandu ke Ukraina. Sistem roket tersebut memiliki jangkauan lebih dari 40 mil atau dua kali lipat dari jangkauan howitzer. Presiden Joe Biden pekan lalu mengatakan Washington akan memasok Ukraina dengan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 atau HIMARS. Pengiriman ini terjadi setelah Presiden AS Joe Biden menerima jaminan dari Kiev bahwa roket itu tidak akan digunakan untuk menargetkan Rusia.