Rabu 20 Jul 2022 13:51 WIB

Gedung Parlemen Sri Lanka Dijaga Ketat Jelang Pemilihan Presiden

Demonstran bersiap turun jika posisi presiden diberikan kepada Ranil Wickremesinghe.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Warga Sri Lanka menghadiri protes duduk damai menuntut penggulingan Perdana Menteri dan Penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe di luar kantor presiden di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 20 Juli 2022. Parlemen Sri Lanka memberikan suara secara rahasia Rabu untuk presiden baru untuk memimpin negara keluar dari krisis politik, ekonomi dan kemanusiaan yang mendalam.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Warga Sri Lanka menghadiri protes duduk damai menuntut penggulingan Perdana Menteri dan Penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe di luar kantor presiden di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 20 Juli 2022. Parlemen Sri Lanka memberikan suara secara rahasia Rabu untuk presiden baru untuk memimpin negara keluar dari krisis politik, ekonomi dan kemanusiaan yang mendalam.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pihak berwenang Sri Lanka mengepung parlemen dengan pengamanan ketat pada Rabu (2/7/2022). Anggota parlemen bersiap untuk memilih presiden yang akan menghabiskan masa jabatan Gotabaya Rajapaksa hingga 2024.

Ratusan polisi, paramiliter, dan tentara dikerahkan di sekitar gedung parlemen dan jalan yang berdekatan memiliki setidaknya tiga barikade. Personel keamanan dengan speed boat berpatroli di sebuah danau di sekitar gedung, jip militer serta kendaraan lapis baja berdiri diparkir di dalam perimeter.

Baca Juga

"Jika Ranil (berkuasa), kita tidak dapat memiliki stabilitas," kata Duminda Nagamuwa yang mengorganisir protes di Kolombo setelah pencalonan tiga kandidat diselesaikan.

Para demonstran bersiap turun jika posisi presiden diberikan kepada Presiden pengganti Ranil Wickremesinghe. Pemrotes mengatakan, dia adalah sekutu keluarga Rajapaksa yang memiliki pengaruh yang kuat di negara itu.

Kandidat utama lain dalam pemilihan presiden tersebut adalah anggota parlemen partai yang berkuasa Dullas Alahapperuma. Dia lebih dapat diterima oleh para pengunjuk rasa dan oposisi tetapi tidak memiliki pengalaman pemerintahan tingkat atas.

Sedangkan kandidat ketiga adalah Anura Kumara Dissanayaka yang merupakan pemimpin partai kiri Janatha Vimukti Peramuna. Partainya hanya menguasai tiga kursi di parlemen yang beranggotakan 225 orang dan tidak memiliki peluang realistis untuk menang.

Tidak jelas berapa banyak dukungan yang dimiliki Wickremesinghe yang berusia 73 tahun dan Alahapperuma yang berusia 63 tahun di parlemen. Wickremesinghe diketahui mendapatkan dukungan dari partai yang berkuasa yang memiliki total 145 kursi pada pemilihan parlemen terakhir pada  2020.

Sedangkan Alahapperuma mendapat dukungan dari bagian lain serta partai oposisi utama yang memenangkan 54 kursi dalam pemilihan terakhir kali. Beberapa partai kecil telah berjanji untuk mendukungnya juga.

Angka terakhir tidak jelas karena beberapa anggota parlemen telah menjadi independen. "Sebelumnya Ranil Wickremesinghe adalah yang terdepan tetapi sekarang hasilnya jauh lebih tidak pasti," kata peneliti politik Jayadeva Uyangoda.

"Keseimbangan kekuasaan parlemen telah bergeser darinya. Hasilnya tergantung pada seberapa besar kendali yang dimiliki Rajapaksa atas anggota partai mereka," ujarnya.

Parlemen Sri Lanka pada 1993 dengan suara bulat memilih DB Wijetunga untuk menyelesaikan masa jabatan Presiden Ranasinghe Premadasa yang dibunuh. "Ini akan ditandai sebagai pengalaman baru dalam sejarah parlementer negara ini," kata sebuah pernyataan dari kepala komunikasi parlemen menanggapi pemilihan presiden kali ini.

Kandidat yang menerima lebih dari sepertiga suara sah yang diberikan akan dinyatakan terpilih. Jika tidak ada kandidat yang mencapai batas minimal, kandidat dengan jumlah suara terendah akan tersingkir dari pemilihan dan preferensi anggota parlemen diperhitungkan untuk akhirnya mencapai pemenang. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement