REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Sri Lanka Anura Dissanayake menyatakan minat pemerintah negaranya untuk bergabung dengan BRICS. Hal itu dinyatakannya melalui surat yang dikirimkan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Oktober 2024.
Sri Lanka berharap mendapat tanggapan positif pada 2025 untuk menjadi anggota organisasi tersebut, menurut pernyataan Duta Besar Sri Lanka untuk Rusia Pakeer Amza kepada RIA Novosti.
"Sri Lanka telah menyampaikan minat untuk bergabung dengan keluarga BRICS dalam surat dari Presiden Anura Dissanayake kepada Presiden Vladimir Putin," kata Amza.
"Kami juga telah mengajukan permohonan kepada negara-negara anggota BRICS lainnya agar menerima kami sebagai negara mitra dan berharap tanggapan positif dari mereka," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa Presiden Sri Lanka telah mengirimkan surat tersebut kepada Presiden Rusia pada Oktober. Pada bulan itu, Menteri Luar Negeri Sri Lanka Vijitha Herath menyatakan bahwa Kolombo telah memutuskan untuk mengajukan keanggotaan kepada BRICS dan Bank Pembangunan Baru (New Development Bank).
Sri Lanka, kata Herath, memandang BRICS sebagai kemitraan yang efektif untuk mewujudkan aspirasi kerja sama yang saling menguntungkan, perdamaian, dan pembangunan melalui penguatan multilateralisme yang komprehensif dalam kerangka Piagam PBB.
Pada Desember, Presiden Sri Lanka juga meminta dukungan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mendukung upaya Kolombo bergabung dengan BRICS.
BRICS adalah asosiasi antarpemerintah yang dibentuk pada 2006 dan beranggotakan Rusia, Brasil, India, China, dan Afrika Selatan. Rusia mengambil alih kepemimpinan bergilir blok ini pada 1 Januari 2024.
Tahun ini, beberapa negara anggota baru bergabung dengan asosiasi tersebut. Mereka adalah Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi, sebagaimana tercantum di situs resmi Kepemimpinan BRICS Rusia 2024.