Senin 25 Jul 2022 02:18 WIB

Upaya Uni Eropa tak Lagi Bergantung dengan Gas Rusia

Uni Eropa bersiap untuk kemungkinan pengurangan pasokan gas dari Rusia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Friska Yolandha
Pipa Nord Stream 1 Laut Baltik dan stasiun transfer pipa gas OPAL, Baltic Sea Pipeline Link, di Lubmin, Jerman, Rabu, 20 Juli 2022. Uni Eropa tengah mencari pasokan gas tambahan yang berasal dari Nigeria guna mendukung kebutuhannya.
Foto: AP/Stefan Sauer/dpa
Pipa Nord Stream 1 Laut Baltik dan stasiun transfer pipa gas OPAL, Baltic Sea Pipeline Link, di Lubmin, Jerman, Rabu, 20 Juli 2022. Uni Eropa tengah mencari pasokan gas tambahan yang berasal dari Nigeria guna mendukung kebutuhannya.

REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Uni Eropa tengah mencari pasokan gas tambahan yang berasal dari Nigeria guna mendukung kebutuhannya. Pasalnya, Uni Eropa bersiap untuk kemungkinan pengurangan pasokan gas dari Rusia. 

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Direktur Jenderal Departemen Energi Komisi Eropa, Matthew Baldwin saat berada di Nigeria. Dalam kesempatan itu, Baldwin mengadakan pertemuan dengan pejabat dari produsen minyak terbesar Afrika. 

Baca Juga

Baldwin mendapati bahwa Nigeria meningkatkan keamanan di Delta Niger dan berencana untuk membuka kembali pipa Trans Niger setelah Agustus. Perubahan itu akan menghasilkan lebih banyak ekspor gas ke Eropa. 

Tercatat, Uni Eropa mengimpor 14 persen dari total pasokan LNG dari Nigeria. Bahkan menurut Baldwin, ada potensi lebih dari dua kali lipat dari jumlah itu.

Hanya saja, produksi minyak dan gas di Nigeria terhambat oleh pencurian dan perusakan jaringan pipa. Kondisi tersebut membuat terminal produsen gas Nigeria LNG Ltd di Pulau Bonny beroperasi pada kapasitas 60 persen.

"Jika kita bisa mendapatkan hingga di atas 80%, pada saat itu, mungkin ada tambahan LNG yang bisa tersedia untuk didatangkan ke Eropa," kata Baldwin dilansir dari kantor berita Reuters pada Ahad (24/7/2022). 

Baldwin mengungkapkan perkembangan kerjasama gas ini akan mendapat informasi lanjutan pada bulan depan. 

"Mereka (pejabat Nigeria) berkata kepada kami, 'Datang dan bicaralah dengan kami lagi pada akhir Agustus karena kami pikir kami dapat memberikan kemajuan nyata dalam hal ini'," ujar Baldwin. 

Nigeria NLG diketahui dimiliki oleh perusahaan minyak negara NNPC Ltd, Shell, TotalEnergies dan Eni. Komisi Eropa mengatakan pada Rabu lalu bahwa negara-negara anggota Uni Eropa harus memotong penggunaan gas mereka sebesar 15 persen dari Agustus hingga Maret. Target awalnya akan bersifat sukarela, tetapi akan menjadi wajib jika Komisi Eropa menyatakan keadaan darurat. 

Pada tahun lalu, Nigeria mengekspor 23 miliar meter kubik (bcm) gas ke Uni Eropa. Tetapi angka tersebut cenderung menurun selama bertahun-tahun. Sebab pada 2018, Uni Eropa justru membeli 36 bcm LNG dari Nigeria. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement