REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Helikopter serang Apache milik Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang berbasis di Korea Selatan, mengadakan latihan tembakan langsung dengan roket dan senjata untuk pertama kalinya sejak 2019. Latihan digelar ketika AS dan Korea Selatan meningkatkan latihan militer di tengah ketegangan dengan Korea Utara.
Pelatihan dilanjutkan di Rodriguez Live Fire Complex di selatan Zona Demiliterisasi (DMZ) yang dijaga ketat di sepanjang perbatasan. Latihan dibatalkan dalam beberapa tahun terakhir, karena warga yang tinggal di dekat pangkalan mengeluh tentang suara bising dan masalah keamanan.
Selama seminggu terakhir, helikopter Apache AH-64E v6 terlibat dalam latihan sertifikasi. Hal ini dibuktikan dengan video dan foto yang dirilis oleh Divisi Infanteri ke-2 AS.
"Para kru memenuhi syarat selama siang dan malam untuk berlatih dengan rudal AGM-114 Hellfire, roket Hydra 70 dan kanon 30mm," kata divisi itu di Twitter.
Latihan itu dilakukan ketika AS dan Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pelatihan lapangan langsung lainnya, dan upaya untuk mengurangi ketegangan dengan Korea Utara. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, telah berjanji untuk "menormalkan" latihan bersama dan meningkatkan pencegahan terhadap Korea Utara.
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan mengatakan, latihan Apache juga akan mengukur tingkat kebisingan yang mereka hasilkan, sebagai tanggapan atas keluhan warga setempat. Namun Pasukan AS Korea (USFK) tidak menanggapi permintaan komentar terkait latihan tersebut.
Seorang mantan pejabat senior pertahanan mengatakan, kurangnya pelatihan tembakan langsung telah menjadi masalah besar bagi pilot dan awak AS. "Mereka kurang siap pada saat mereka pergi (Korea Selatan) daripada ketika mereka tiba," katanya yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters.
Mantan pejabat senior itu menambahkan, selama periode tanpa latihan tembak-menembak, Pentagon membayar untuk mengirim kru Apache kembali ke Amerika Serikat untuk latihan kualifikasi setiap kuartal. Masalahnya diperburuk ketika militer AS secara permanen menempatkan unit Apache yang sebelumnya dirotasi di Korea Selatan pada Februari.
Mantan pejabat itu mengatakan, pemerintahan mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in tidak tertarik untuk mengatasi masalah politik dan melanjutkan latihan. Mantan pejabat tersebut memprediksi bahwa, pemerintahan Presiden Yoon kemungkinan akan membuat lebih banyak kemajuan.