Kamis 28 Jul 2022 05:17 WIB

Susah Buka Stoples Terkait dengan Risiko Demensia

Sejumlah gejala demensia kian bervariasi dan terus meningkat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sejumlah gejala demensia kian bervariasi dan terus meningkat.
Foto: picpedia.org
Sejumlah gejala demensia kian bervariasi dan terus meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan sejumlah gejala yang bervariasi dan terkadang sulit disadari, jumlah penderita demensia terus meningkat. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kasus baru demensia didiagnosis setiap empat detik. Pada tahun 2015, lebih dari 47 juta orang di seluruh dunia menderita demensia, dengan jumlah tersebut diprediksi meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun dan mencapai 145 juta pada tahun 2050.

Tanpa obat untuk demensia, diagnosis dini menjadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan guna mengatasi kegawatan. Alzheimer dan bentuk lain dari demensia memiliki banyak faktor risiko yang diketahui, dan pilihan gaya hidup tertentu berpotensi mengurangi peluang mengembangkan kondisi tersebut.

Baca Juga

Para peneliti terus menemukan faktor-faktor lain yang berkontribusi, beberapa di antaranya tidak secara umum dianggap terkait dengan kesehatan otak. Suatu kondisi yang disebut sarcopenic obesity (SO) telah ditunjukkan dalam sebuah studi baru menjadi salah satu faktor risiko tersebut.

Jika Anda tidak dapat melakukan aktivitas rutin yang biasanya membutuhkan kekuatan tangan termasuk membawa bahan makanan, membuka stoples, atau memutar knop pintu, ini dapat menunjukkan kekuatan genggaman yang rendah, dan selanjutnya merupakan diagnosa potensial SO. Tes kekuatan genggaman, menggunakan alat yang disebut dinamometer, dapat membantu mengukur kekuatan genggaman.

Dalam pernyataan konsensus untuk jurnal Karger, para peneliti menggambarkan SO sebagai kondisi klinis unik yang menggabungkan obesitas dan sarcopenia, tetapi berbeda dari obesitas atau sarcopenia saja.

"Ini ditandai dengan kombinasi obesitas, yang ditentukan oleh persentase lemak tubuh yang tinggi, dan sarcopenia, yang didefinisikan sebagai massa otot rangka yang rendah disertai dengan fungsi otot yang rendah," menurut pernyataan itu seperti dilansir dari BestLife, Kamis (28/7/2022).

Meskipun tidak ada tes khusus untuk SO, mengidentifikasi penanda sarkopenia dan obesitas dapat membantu diagnosis. Selain menguji kekuatan genggaman, gejala lain mungkin termasuk penurunan berat badan yang tidak disengaja, kehilangan kekuatan otot dan stamina, dan kesulitan melakukan tugas.

Juru bicara nasional untuk Academy of Nutrition and Dietetics, Emma Laing, menyarankan bahwa seseorang bisa mengurangi risiko SO dengan menjaga pola makan yang sehat dan berolahraga secara teratur.

“Latihan olahraga atau terapi fisik telah berulang kali terbukti efektif dalam meningkatkan fungsi dan massa otot, dan tingkat latihan yang sesuai dan aman relatif terhadap tingkat penyakit penyerta dan kecacatan harus direkomendasikan secara rutin pada pasien obesitas,” kata dia.

Selain itu, orang yang mempertahankan gaya hidup aktif secara fisik dan menghindari perilaku menetap umumnya memiliki risiko lebih rendah terkena sarcopenia. Laing menambahkan bahwa dalam hal makan sehat, kebutuhan nutrisi individu bersifat spesifik dan bervariasi berdasarkan usia, kondisi kesehatan, dan penggunaan obat.

Dokter dapat membantu Anda menentukan aktivitas fisik apa yang efektif, dan Laing menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi terdaftar untuk membantu mengembangkan pola makan yang mendukung berat badan yang sehat dan konsisten dengan preferensi, tradisi budaya, dan anggaran pribadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement