Perusahaan teknologi multinasional China, Alibaba, berencana memberikan investasi senilai US$100 juta pada PT SmartfrenTelecom yang merupakan bagian dari Sinar Mas Group.
Dengan investasi ini, Alibaba akan melakukan ekspansi bisnis di pasar Indonesia dan memperluas jangkauannya pada sektor komunikasi dan teknologi, kertas, agribisnis, layanan keuangan, dan infrastruktur.
Sebelumnya, Alibaba telah memberikan investasi di perusahaan fintech DANA, yang merupakan perusahaan patungan antara Emtek dan Ant Financial Alibaba.
Baca Juga: Alibaba Cloud Luncurkan Platform Solusi Manajemen Karbon
Dilansir dari DealStreetAsia, Jumat (29/7/2022), Direktur Smartfren, Antony Susilo menyatakan, antara Alibaba dan Smartfren sebelumnya telah menandatangi kesepakatan sebelum dilakukan investasi ini, yaitu pada Desember tahun lalu saat Smartfren mengumumkan joint venture antara anak perusahaannya PT SF Digital Commerce dan Fonixtree Digital Singapore Ltd (FDSL) yang berafiliasi dengan Whale Cloud Technology, bagian dari ekosistem Alibaba dan mitra penting dari layanan perangkat lunak Alibaba Cloud.
Tentunya, jika investasi ini berhasil, maka kerja sama yang dilakukan oleh Smartfren dan Alibaba dapat memberikan sinyal positif dalam konteks pengembangan 5G secara keseluruhan di Indonesia.
“Bagi Smartfren, tentunya ini merupakan aliran dana yang cukup untuk bersaing dengan operator telekomunikasi lain seperti Telkomsel dan Indosat yang sudah dulu mengembangkan 5G. Alibaba sendiri merupakan perusahaan teknologi besar di pasar global. Dengan investasi dari Alibaba, Smartfren harus merasa yakin dengan kemungkinan investor lain ke depan,” kata Nailul Huda, ekonom Institute for Development of Economics and Finance.
Menanggapi terkait dengan hal ini, Heru Sutadi selaku direktur eksekutif ICT Institut menyatakan, “secara finansial, Smartfren merugi dalam satu dekade terakhir. Akan ada banyak investasi yang dibutuhkan dan uang yang harus dibakar untuk bertahan hidup."
Dalam tiga bulan pertama di 2022, Smartfren meraih keuntungan sebesar Rp24,98 miliar pada periode Januari-Maret, dibandingkan kerugian sebesar Rp396,83 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya.