REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecakapan digital (digital skills) telah memungkinkan pengguna digital melakukan banyak hal, bahkan menjadi profesional. Salah satunya ialah menjadi influencer. Namun, dibutuhkan konsistensi dan kreativitas untuk menjadi influencer sukses. Yakni, orang yang memiliki followers (pengikut) dengan jumlah besar dan memiliki pengaruh kuat terhadap pengikutnya di media sosial.
Hal itu disampaikan oleh pengajar STMIK Primakara Denpasar I Gede Putu Krisna Juliharta saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital ”Indonesia Makin Cakap Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI untuk komunitas digital di wilayah Bali - Nusa Tenggara, Ahad (31/7/2022).
”Influencer juga terkait dengan kemampuan untuk mempengaruhi, mengubah opini dan perilaku secara online, umumnya melalui social networking. Menjadi influencer juga memiliki tanggung jawab yang besar. Salah satunya adalah menjaga bagaimana memproduksi konten tetap positif, edukatif, namun tetap menarik,” tutur Krisna dalam keterangan tulis.
Dalam webinar bertajuk ”Pentingnya Influencer Marketing Dalam Pengembangan Bisnis”, Krisna juga mengungkap manfaat influencer era digital. Di antaranya, produk menjadi pusat perhatian, meningkatkan kepercayaan, menjangkau lebih banyak konsumen, dan meningkatkan ’brand awareness’.
”Selain itu, juga membangun kedekatan dengan konsumen yang tidak membutuhkan dana besar, menambah koleksi testimoni, memperluas pangsa pasar, memperbanyak followers, dan memudahkan dalam pengembalian modal,” jelas Ketua Relawan TIK Provinsi Bali itu.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi. Kegiatan yang diagendakan digelar hingga awal Desember nanti diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Krisna menambahkan, beberapa tips untuk memilih influencer, di antaranya: lakukan penelitian, cek riwayat influencer, pertimbangkan orisinalitas influencer, sesuaikan dengan budget, cocok dengan target pasar bisnis, serta sesuai dengan skala promosi produk.
”Jangan lupa pilih influencer yang memiliki reputasi baik, memiliki engagement yang tinggi, intensitas update konten yang baik, serta siapkan perjanjian kerja sama dengan baik,” pungkas Krisna.
Kegiatan webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten itu selalu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama. Yakni, digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Senada, influencer Rio Alief Radhanta mengatakan, setidaknya ada tiga sudut pandang terkait influencer bisnis, yakni dari sisi konsumen, produsen (brand), atau dari sisi influencer itu sendiri. Meski begitu, ketiganya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.
Bicara dari sudut pandang keamanan digital (digital safety), musisi sekaligus musical director penyanyi Agnes Mo itu menyebut pentingnya pemahaman digital safety dalam dunia influencer marketing. Kompetensi itu meliputi, pemahaman jenis produk atau layanan, identitas dan sistem pengamanan, waspada penipuan, dan selalu menyadari bahwa segala yang dilakukan akan terekam secara digital.
Rio juga membagikan lima tips aman menggunakan influencer marketing dalam pengembangan bisnis. Yakni, pilih influencer yang cocok dengan brand image, sesuaikan influencer dengan budget promosi, pelajari interaksi antara influencer dengan followers-nya, susun guideline sebaik mungkin agar influencer bisa mengkomunikasikan pemasaran dengan baik, serta analisis dan evaluasi hasil kegiatan promosi yang dijalankan.
”Ingat, jangan langsung percaya omongan influencer (meski dia orang terkenal), namun sebaiknya pahami jenis produk dan layanan,” tandasnya.
Sejak dilaksanakan pada 2017, Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta warga masyarakat. Pada 2022, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga masyarakat.