REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Badai musiman menghantam bagian barat dan utara Pulau Selatan Selandia Baru tiga hari berturut-turut. Cuaca buruk memaksa ratusan orang dievakuasi dari rumah mereka dan jalan-jalan dan sekolah ditutup. Tanah juga menjadi licin.
Datang setelah berminggu-minggu cuaca lembab, badai ini memperburuk lanskap Selandia Baru yang sudah basah. Pakar mengatakan cuaca basah yang tak sesuai musimnya ini disebabkan uap air sempit atau 'sungai atmosfer' yang berada di atas negara itu.
Data lembaga prediksi cuaca Metservice menunjukkan curah hujan di sebagian daerah utara Pulau Selatan dalam 24 jam terakhir lebih dari 300 milimeter. Pemerintah sudah memperingatkan hujan lebat di sebagian barat Pulau Selatan dan sebelah utara Pulau Utara.
Data Merservice menunjukkan sejak hari Selasa (15/8/2022) Kota Nelson di Pulau Selatan menerima 106 milimeter air hujan. Di atas rata-rata curah hujan sepanjang bulan Agustus yang sebanyak 80 milimeter.
Auckland yang terletak di Pulau Utara, Selandia Baru diguyur hujan lebat dan angin kencang. Sejauh ini dampak kerusakan dilaporkan minimal.
Pihak berwenang mengatakan lebih dari 230 rumah di Kota Nelson yang berpopulasi lebih dari 50 ribu orang sudah dievakuasi ke fasilitas publik. Jalan-jalan di kota itu juga ditutup.
Dalam pernyataannya Dewan Kota Nelson memperingatkan hujan yang tak kunjung berhenti akan membuat jalanan licin, memicu banjir dan evakuasi. Di stasiun televisi Wali Kota Nelson Rachel Reese mengatakan kota itu melalui malam tanpa insiden besar, infrastruktur tertekan.
"Kami menghadapi banyak aliran air limbah," katanya.
Dalam pernyataannya Dewan Distrik Buller di pantai barat mengatakan sekitar 160 rumah yang dievakuasi kemarin sudah dapat pulang ke kediaman masing-masing. Tapi mereka memperingatakan hujan yang berkelanjutkan memungkinkan warga harus dievakuasi lagi.
"Tepat di seberang distrik saya yakin kami dapat lolos tanpa terluka," kata Wali Kota Buller Jamie Cleine dalam konferensi pers virtual.