REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) menyatakan akan terus mendorong penggunaan pangan lokal sebagai substitusi pangan impor. Langkah itu menjadi salah satu solusi konkret untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, NFA akan mendukung terus upaya pengembangan keanekaragaman pangan terutama yang bersumber dari pangan lokal.
Untuk itu, NFA sangat mengapresiasi pengembangan makanan olahan sagu yang salah satunya dilakukan pemerintah provinsi Maluku. Diharapkan langkah ini dapat ditiru provinsi lain melalui pengembangan pangan lokal di daerahnya masing-masing.
Pengembangan sagu menjadi bahan dasar berbagai penganan seperti kue, roti, dan mie memperkuat pontensi substitusi terhadap komoditas impor seperti gandum.
"Apabila kolaborasi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha konsisten secara hand to hand mengembangkan sagu sebagai pengganti gandum, besar peluang kita mengurangi ketergantungan terhadap gandum," kata Arif dalam pernyataan resmi, diterima Republika.co.id, Senin (22/8/2022).
NFA memandang Indonesia merupakan salah satu negara produsen sagu terbesar di dunia. "Secara umum, peluang dan kekuatan yang kita miliki adalah tersedianya lahan tanaman sagu yang masih sangat luas, teknologi pengolahan yang mulai berkembang, serta peluang pasar yang masih terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri," kata dia menjelaskan.
Ia menjelaskan, pati sagu dalam setiap 100 gram memiliki kandungan energi sebesar 350 kalori, hampir setara dengan kalori dari tapioka, gandum, dan beras.
Pengembangan pangan lokal dalam rangka penganekaragaman konsumsi sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo. Selain itu, pengembangan sagu juga seiring dan sejalan dengan gerakan penganekaragaman pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
Di sisi lain, Arief juga melihat potensi Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Menurutnya, menambahkan, mengkombinasikan sagu dengan ikan merupakan komposisi yang sangat ideal sebagai pangan cerdas B2SA yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gizi dan stunting.
"UMKM pangan yang mengembangan produk sagu dan ikan harus terus didorong dan dikuatkan," ujarnya.