Selasa 23 Aug 2022 19:17 WIB

Menkes Ingatkan Indonesia Harus Siap Hadapi Subvarian Baru Covid-19

Di Indonesia konfirmasi kasus akibat varian BA4 dan BA5 tercatat rendah.

Rep: dessy suciati saputri/ Red: Hiru Muhammad
Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga (booster) di Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya per 15 Agustus 2022, cakupan booster di daerah itu telah mencapai 50,65 persen.
Foto: istimewa
Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga (booster) di Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya per 15 Agustus 2022, cakupan booster di daerah itu telah mencapai 50,65 persen.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi munculnya sub-varian baru Covid-19. Hal ini disebabkan karena sejumlah negara seperti Jepang, Eropa, dan Amerika mengalami kasus konfirmasi harian yang sangat tinggi akibat gelombang BA.4 dan BA.5, yakni mencapai lebih dari 100 ribu hingga 200 ribu kasus per hari.

Menkes menyebut, sub-varian baru ini sudah terlihat di Amerika maupun Eropa. “Kasus konfirmasi harian setinggi ini pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru. Pasti akan ada varian baru karena adanya kasus konfirmasi setinggi ini. Itu membuat Indonesia harus siap-siap,” ujar Menkes saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Baca Juga

Sementara di Indonesia sendiri, konfirmasi kasus akibat varian BA4 dan BA5 tercatat rendah. Karena berdasarkan hasil sero survey, sebanyak 98,5 persen masyarakat sudah memiliki antibody. Akibatnya, kata Menkes, populasi masyarakat Indonesia sangat terlindungi dari penularan Covid-19.

“Itu sebabnya kenapa, untuk kasus gelombang BA.4 BA.5 yang di Jepang, Eropa, Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, di kita tidak. Karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi,” jelas dia.

Namun demikian, Indonesia harus bersiap diri menghadapi munculnya sub-varian baru Covid-19 dalam enam bulan ke depan, atau sekitar Januari-Maret 2023.“Sekarang ujiannya 6 bulan lagi sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023,” kata dia.

Menkes menyebut, jika Indonesia nantinya mampu melewati masa-masa tersebut seperti saat menghadapi gelombang BA.4 dan BA.5, maka Indonesia akan menjadi salah satu dari sedikit negara yang bisa menangani pandemi Covid-19 selama 12 bulan berturut-turut.

Budi mengatakan, hal tersebut dapat dilakukan dengan menjaga level imunitas masyarakat yang tinggi saat ini. Namun, karena jumlah vaksinasi saat ini mulai menurun, pemerintah berencana akan kembali memberikan vaksinasi khususnya bagi masyarakat yang memiliki imunitas rendah, pada akhir tahun nanti.“Tadi kita diskusi dan arahan Bapak Presiden, nanti rencananya di akhir tahun kita akan melakukan vaksinasi terutama diarahkan bagi golongan yang memang imunitasnya rendah,” ujar dia.

Pemerintah pun akan kembali melakukan serosurvey pada November nanti untuk melihat daerah-daerah mana saja yang imunitasnya mulai menurun, serta kelompok masyarakat apa saja yang berisiko tinggi.

“Nanti itu yang akan kita berikan vaksinasi agar bisa meningkatkan mempersiapkan memperbaiki kadar imunitas masyarakat populasi tersebut. Insya allah kalau nanti ada varian baru, mudah mudahan tidak, karena kita kan tugasnya mempersiapkan, kalau ada nanti varian baru di bulan Januari, Februari, Maret, imunitas populasi masyarakat Indonesia itu tetap tinggi,” jelas Menkes.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement