REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Vino G. Bastian merasa gugup jelang penayangan film Miracle in Cell No. 7 pada 8 September 2022. Vino memerankan Dodo dalam film remake Korea Selatan arahan sutradara Hanung Bramantyo itu.
“Deg-degan banget, ini salah satu film dengan IP besar. Di Korea sukses, remake beberapa negara sukses,” kata Vino dalam acara jumpa pers di Kantor Falcon, Jakarta Selatan, Rabu (24/8/2022).
Meski demikian, Vino menyanyangkan adanya kritik negatif sejumlah pihak yang menyebut proyek ini sebagai plagiat sebelum menonton filmnya. Dia menjelaskan bahwa seseorang harus bisa membedakan antara remake, adaptasi, dan plagiat sebelum mencela karya orang lain. Dia menjelaskan bahwa tim produksi sudah mengantongi izin mengadaptasi film sukses asal Korea Selatan pada 2013 itu terlebih dahulu.
“Pas dijadiin film versi Indonesianya, itu akan lebih dekat lewat bahasa Indonesia,” ujar dia.
Vino mengatakan dirinya merasa tantangan paling menonjol dari film ini adalah sulitnya memerankan peran adaptasi. Menurut dia, versi orisinal dari sebuah karya adalah yang terbaik. Namun, dia menganggap bahwa banyak karya adaptasi yang memiliki kualitas tak kalah bagus dari versi asli.
Dia berharap penonton tak hanya menikmati Miracle in Cell No. 7 sebagai karya remake saja, tetapi juga memahami bahwa proyek ini merupakan penghargaan besar terhadap kebaikan yang disampaikan film tersebut.
Selama memainkan peran Dodo, Vino sendiri membayangkan anak-anaknya agar memiliki chemistry dengan lawan mainnya Graciella Abigail, yang memerankan anaknya di film itu. Di film ini, Vino juga cukup kewalahan karena tidak leluasa untuk “membawa” cerita.
“Kesulitan, saya nggak bisa nge-lead. Di sini, chemistry bagaimana agar Grace yang nge-lead,” kata Vino.
Vino merasa ada gap perannya kali ini dengan sebelumnya. Di sini, Vino memerankan sosok yang memiliki intelektual seumuran dengan anaknya.
“Dodo dan anaknya ini di usia yang sama secara intelektual. Intelektual saya (Dodo) berkembang seumuran anak saya, jadi lebih gimana kayak sahabat,” ujar dia.
Baca juga : Gaya Hidup Malas Gerak di Usia 60 Tahun Tingkatkan Risiko Demensia