Pekan lalu, pernyataan junta mengatakan, suami Bowman didakwa bersekongkol karena tidak mendaftarkan alamat yang sesuai. Htein Lin adalah seorang seniman dan aktivis politik veteran. Ketika masih mahasisw, Htein Lin mengambil bagian dalam pemberontakan Myanmar melawan kekuasaan militer pada 1988. Dia juga seorang tahanan politik di bawah pemerintahan masa lalu.
Myanmar berada di bawah kekuasaan militer sejak Februari 2021. Militer menggulingkan pemerintah sipil terpilih Aung San Suu Kyi. Kudeta itu memicu protes damai yang meluas dan berujung pada kekerasan serta perlawanan bersenjata.
Menurut daftar Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sekitar 2.262 warga sipil tewas dalam tindakan keras pemerintah militer dan lebih dari 15.320 orang telah ditangkap. Juru bicara kantor hak asasi manusia PBB di Jenewa, Ravina Shamdasani, mengatakan, pihaknya sangat terkejut bahwa otoritas de facto telah berusaha untuk menghukum orang-orang yang telah berkomitmen untuk pembangunan negara.
“Secara keseluruhan, kami telah menyuarakan keprihatinan tentang hilangnya keadilan bagi ribuan orang di Myanmar. Dan persidangan ini dan hukuman semacam ini semakin menambah kekhawatiran yang kami alami,” kata Shamdasani.
Kelompok Amnesty International, mengatakan, sejak kudeta militer para aktivis, seniman, jurnalis, mahasiswa, pemilik bisnis, dan profesional medis secara sewenang-wenang ditahan dan dipenjara oleh militer dengan dalih sekecil apa pun. “Laporan terbaru tentang hukuman mantan duta besar Inggris dan suaminya sangat memprihatinkan. Militer Myanmar memiliki rekam jejak yang terkenal dalam menangkap dan memenjarakan orang-orang dengan tuduhan bermotif politik atau tuduhan dibuat-buat,” ujar pernyataan Amnesty International.