REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah telah menggambarkan para malaikat sebagai makhluk terhormat dan patuh. Hal tersebut tercantum dalam surat Abasa ayat 15-16 yang berbunyi:
بِاَيْدِيْ سَفَرَةٍۙ
كِرَامٍۢ بَرَرَةٍۗ
“di tangan para utusan (malaikat) yang mulia lagi berbudi.”
Selain makhluk terhormat dan patuh, malaikat juga digambarkan sebagai makhluk yang baik dan mulia. Mereka taat pada setiap perintah Allah, murni, dan sempurna. Mereka yang menghafal dan membaca Alquran perbuatan dan perkataannya harus benar. Ini disinggung oleh Nabi Muhammad dalam salah satu haditsnya.
Rasulullah bersabda, “Orang yang membaca Alquran dan dia mahir membacanya, maka kelak dia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah,” (HR Bukhari).
Malaikat sederhana
Dilansir Islamweb, di antara sifat-sifat malaikat yang disebutkan oleh Rasulullah adalah kerendahan hati mereka. Salah satu riwayat dari Muslim adalah Aisyah RA mengisahkan, “Rasulullah SAW sedang berbaring di rumahnya, dan kedua betis beliau tersingkap. Saat itu Abu Bakar meminta izin untuk menemui beliau, maka beliau pun mengizinkannya. Kemudian masuklah Abu Bakar, sementara Rasulullah tetap dalam keadaan semula, lalu beliau berbincang-bincang.
“Setelah itu, Umar datang meminta izin, beliau mengizinkannya, masih dalam keadaan semula, beliau melanjutkan perbincangan. Kemudian datanglah Utsman meminta izin. Rasulullah pun segera duduk dan memperbaiki pakaiannya.
Melihat itu Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, Abu Bakar masuk tetapi engkau tidak menyambutnya dan tidak mempedulikannya. Kemudian Umar datang, engkau juga tidak menyambutnya dan tidak mempedulikannya, namun mengapa ketika datang Utsman, engkau segera duduk dan merapikan pakaianmu?”
Maka bersabdalah Rasulullah SAW, “Tidakkah aku merasa malu terhadap seorang, yang malaikat pun malu terhadapnya,” (HR. Muslim)
Malaikat dapat mengambil bentuk yang berbeda
Allah telah memberikan para malaikat kemampuan untuk mengambil bentuk yang berbeda dari mereka sendiri. Allah mengutus malaikat Jibril kepada Maryam dalam wujud manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat Maryam ayat 16-19:
وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ مَرْيَمَۘ اِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ اَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا ۙ
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًاۗ فَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
قَالَتْ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِالرَّحْمٰنِ مِنْكَ اِنْ كُنْتَ تَقِيًّا
قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا
Ceritakanlah (Nabi Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Alquran), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis). Dia (Maryam) memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu, Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, kemudian dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. Dia (Maryam) berkata (kepadanya), “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih darimu (untuk berbuat jahat kepadaku) jika kamu seorang yang bertakwa.” Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci kepadamu.”