REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran, bagi orang Muslim, merupakan pedoman dalam beragama dan menjalani kehidupan. Namun, kondisi yang berbeda seperti penyandang disabilitas, tentu memerlukan perhatian dan Alquran yang berbeda dari orang kebanyakan.
Pondok Pesantren (Ponpes) ABK KH Ahmad Dahlan, Athfal Fadholi, menyebut sejauh ini pihaknya tidak merasa kesulitan dalam mengakses Alquran braille. Biasanya ia akan dibantu dikirim Alquran oleh SLB di Lebak Bulus, Jakarta, yang merupakan temannya sesama alumni dari pendidikan khusus.
"Di Lebak Bulus itu ada SLB Tuna Netra. Teman-teman itu akan memberi informasi dan membantu mengirimkan Alquran," kata dia.
Hal yang sama juga disampaikan Pimpinan Pesantren Tahfidz Tunanetra Ma'had Sam'an Darushudur, Ridwan Effendi. Sejauh ini ia tidak mengalami kendala dalam mengakses Alquran braille, melalui kerjasama dengan beberapa lembaga dan donasi.
Pondok Tahfidz Sam'an disebut-sebut memanfaatkan dua media dalam pembelajaran Alquran, tidak hanya Alquran braille tapi juga Alquran audio digital.
"Fungsi perabaan Alquran kita maksimalkan, fungsi pendengaran juga kita manfaatkan. Alquran digital ini untuk melengkapi dan membantu mendengarkan maupun menghafal," ucapnya.
Untuk membantu memasok Alquran braille di Indonesia, percetakan Alquran braille yang dimiliki Yayasan Raudlatul Makfufin menjadi salah satu yang berkontribusi. Seharinya, mereka mampu menghasilkan malsimal 5 hingga 10 set Alquran. Satu set Alquran braille berisikan 30 juz dalam 30 buku berbeda.
"Distribusi ini tergantung dari permintaan teman-teman di daerah. Tapi selama ini kami hampir mendistribusikan hampir ke seluruh Indonesia," ucap Kepala Unit Percetakan Braille Yayasan Raudlatul Makfufin, Achmad Wahyudi. Percetakan tersebut juga disebut-sebut melakukan kerja sama dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kementerian Agama.
Permintaan dari daerah biasanya meninggi jelang bulan Ramadhan. Di bulan biasa tetap ada, namun tidak setinggi saat momen Bulan Suci ini. Biasanya, mereka yang meminta dicetak Alquran braille ini adalah teman tunanetra yang baru belajar Alquran, atau mengganti yang sudah lama. Kualitas kertas braille ini maksimal bertahan dengan baik selama tiga hingga empat tahun.
Wahyu menyebut, dalam menggunakan dan menyimpan Alquran braille diperlukan kehati-hatian khusus. Jika disimpan dengan cara ditumpuk, hal ini akan berpengaruh pada titik timbul atau huruf braillenya. Pun, jika saat meraba terlalu keras menekan kertasnya, juga akan berpengaruh.
"Awal produksi, ada beberapa lembaga yang bekerjasama dan mewakafkan dananya untuk dijadikan Alquran braille. Setelahnya kita distribusikan. Dana wakaf ini sampai sekarang masih ada dan terus kita produksikan," lanjutnya.
Sejauh ini, ia menyebut percetakan Alquran braille di Indonesia memang terbatas jumlahnya. Total yang ia tahu hanya ada empat percetakan, dua di Jawa Barat, satu di Jakarta dan percetakan Raudlatul Makfufin di Tangerang.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama pun berupaya untuk menghadirkan Alquran khusus bagi teman-teman disabilitas. Kepala LPMQ Dr. Muchlis M. Hanafi menyebut, saat ini ada dua jenis mushaf Alquran, yaitu Alquran braille bagi tunanetra dan mushaf isyarat bagi penyandang disabilitas sensorik rungu wicara (PDSRW) atau tunarungu.
"Alquran braille ini sudah ada sejak ditetapkannya KMA tentang Mushaf Alquran Standard Indonesia tahun 1984. Ini lalu kita kembangkan sejak 2011, dibuatkan pedoman membaca dan menulis braille, terjemahannya, bahkan literasi keagamaan terkait tafsir," kata dia.
Akses dan distribusi Alquran braille ini juga disebut sudah terpenuhi. Dari masyarakat, banyak yang berupaya turut berkontribusi dalam pembelanjaannya.
Di sisi lain, Kemenag bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra menghadirkan buku-buku keagamaan dalam bentuk electronic publication atau E-pub. Dengan mendengarkan, komunitas tunanetra dimudahkan jika ingin memperdalam ilmu keagamaannya.
Untuk mushaf isyarat, Kiai Muchlis menyebut hal ini diupayakan sejak 2021 dan terus berlanjut hingga saat ini. Bersama komunitas rungu wicara dan tuli, kedua pihak menyusun pedoman isyarat Alquran dan mushafnya.
Di tahun 2022 ini, LPMQ Kemenag akan menerbitkan juz 30 dalam bahasa isyarat. Untuk pdoman membacanya, seperti huruf hijaiyah dan harakat, disebut sudah ditetapkan dan siap dicetak. Nantinya, secara bertahap akan dicetak mushaf Alquran isyarat 30 juz.
"Keberadaan Alquran untuk disabilitas ini penting, karena termasuk dalam amanat Undang-Undang. Dalam UU Disabilitas nomor 8 tahun 2016 pasal 14 dibahas hak keagamaan," lanjutnya.
Pemerintah disebut memiliki kewajiban memenuhi akses terhadap literatur keagamaan dan kitab suci. Apa yang dilakukan oleh LPMQ ini pun disebut sebagai salah satu upaya untuk mewujudkannya.